Pendeta dan Nazaruddin
Berbicara tentang korupsi di Negara kita Indonesia, akhir-akhir ini mungkin sudah cukup familiar dalam arti hal itu sudah tidak asing lagi, istilah lainnya udah langganan, so bukan cuman langganan banjir dan langganan langganan teroris. Bahkan masyarakat awam pun yang berlatar belakang jauh dari keramaian kota atau masyarakat yang masih kurang memahami arti dari korupsi, malah menjadi tren akhir-akhir ini dalam perbincangan mereka. Tentu karena media yang cukup dekat dengan masyarakat pedesaan sekarang. Korupsi adalah sebuah tindakan yang melanggar hukum, ya di Negara mana pun tentu hal sama juga, tetap melanggar yang namanya hukum. Tapi sadar atau tidak sadar, ternyata di sisi lain korupsi membuat orang bisa terkenal di mana-mana. Orang bisa masuk TV, Koran bahkan nama dan foto mereka terpajang di media-media masyarakt yang lainnya, hebat bukan? Mereka yang terlibat di dalam tindakan korupsi bisa langsung dikenal oleh masyarakat luas, bak artis yang langsung terkenal dan popular di mana-mana. Sebut saja dua tokoh pemerintahan yang lagi naik daun hanya karena tindakan korupsi dalam tahun ini, Gayus Tambunan dan Muhammad Nazaruddin . Para artis berjuang keras untuk bisa popular, tapi kedua tokoh yang lagi ngetren ini dengan mudahnya bisa popular, namun bukan prestasi atau hal baik yang membuat mereka terkenal tapi justru hal yang memalukan, bukan hanya bagi dirinya, keluarganya, pekerjaan/lembaganya tapi terlebih lagi bangsa ini tentu malu akan perbuatan mereka. So, bukan untuk menghakimi mereka, tentu setiap manusia mempunyai kesalahan. Alangkah baiknya kita saling mengoreksi diri. Tapi menyoroti hal-hal yang tidak wajar yang terjadi di sekitar kita bukan berarti menghakimi, tapi bagaimana melihat hal itu sebagai pelajaran berharga supaya hal tersebut jangan sampai terjadi pada diri kita. So relative buat siapa saja.
Melihat judul entry ini, tentu ada yang bertanya, “Apa hubungannya Pendeta dengan Nazaruddin?” Mungkin juga ada yang menjawab, “pasti para Pendeta atau Pengkhotbah akhir-akhir ini di mimbar lebih banyak menyampaikan Firman yang berkaitan dengan korupsi atau Nazaruddin, karena lagi hangat-hangatnya diberitakan.” Atau mungkin ada yang menjawab, “Jemaat kan biasanya tertarik dengan hal-hal yang lagi ngetren, so biar mereka semangat dan tidak ngantuk mendengar khotbah.” Atau yang lebih radikal lagi menjawab, “Korupsi itu adalah dosa yang sangat di larang oleh Tuhan Allah, karena korupsi sudah melanggar hukum ke-sembilan dari kesepuluh Hukum Allah, yaitu jangan mengucapkan saksi dusta kepada sesamamu”. Tapi permisi, dosa apa pun sangat dilarang oleh Allah, karena tidak ada yang namanya ukuran dosa, dosa tetaplah dosa . So, Pendeta jangan sampailah mengorup kas Jemaat.
Judul entry ini adalah Pendeta dan Nazaruddin, bukan Pendeta Nazaruddin . Tapi puji Tuhan kalau ada pendeta yang namanya Nazaruddin, tapi maaf ini bukan mengenai Anda. Saya hanya tertarik mengangkat judul ini karena saya merasa lucu saja ketika saya mengikuti ibadah hari minggu dan seorang hamba Tuhan menyampaikan Firman Tuhan dan mengaitkannya dengan kasus yang menimpa Nazaruddin. Saya tentu tidak tahu alasan pastinya kenapa hal ini dikaitkan dengan penyampaian Firman Tuhan tentang Yesus meredakan angin ribut dengan Nazaruddin. Tapi intinya, toh berusaha untuk dibuat supaya nyambung.
Namun bukan hal itu yang mengganggu pikiran saya untuk segera menulis hal yang bagi saya ini lucu. Minggu itu adalah minggu di mana Nazaruddin di tangkap oleh Interpol di Colombia. So menjadi sebuah cerita ataupun tambahan dalam khotbah yang akan menarik bagi jemaat. Saya pun merasa lebih tertarik untuk mendengarnya, karena meski tidak setiap saat menonton berita, tapi saya mengikuti perkembangan kasus yang menimpa Nazaruddin ini. Tiba-tiba pengkhotbah ini nyeletuk dari atas mimbar. “Takut akan Tuhan itu tidak seperti takut kepada hantu, takut akan Tuhan itu berarti kita menghormati-Nya. Sama juga ketika kita takut kepada manusia seharusnya karena menghormati atau mengahrgai.√ (that’s right). Baru-baru ini kita dengar berita tentang Nazaruddin yang lari ke luar negeri karena takut. Tapi baru-baru ini kita dengar beritanya bahwa dia sudah di tangkap di Eropa.” Langsung saja saya ketawa dalam hati, wah ini bapak ngikutin berita atau hanya dengar dari mulut ke telinga. Karena biasanya, ketika kita hanya mendengar berita dari mulut yang kesekian kali menerima berita sangat besar peluang kesalahan berita itu. Orang ketiga atau keempat saja salah mendengar akan berefek besar bagi orang ke sepuluh, keduapuluh dan seterusnya, bapak ini termasuk orang keberapa yah? Anda tahu apa yang salah dalam kalimat sang pengkhotbah di atas? Jelas-jelas Nazaruddin ditangkap di Cartagena oleh Interpol Negara Colombia bukan? Colombia itu bukan Negara Eropa, tapi sebuah Negara yang berada di Benua Amerika tepatnya Amerika Selatan yang berbatasan dengan Peru di Barat daya, Ekuador di Barat, Venezuela di Timur Laut dan Brasil asal pemain soccer Ronaldhino dan Alexander Pato di Tenggara dan juga satu pulau dengan Negara Legendaris pesepakbola Maradonna, Argentina (wah cukup lengkap). Cukup memalukan bukan? Apalagi saya bersama dengan beberapa mahasiswa praktek, kalau mereka mahasiswa teologi saya kira tidak terlalu bermasalah, tapi ini mahasiswa non teologi. Parahnya lagi, bagaimana dengan jemaat?
Saudara, saya bukan menghakimi hamba Tuhan tersebut, bagaimana pun kita tahu bahwa kita tidak boleh menghakimi sesama kita manusia. Namun hal tersebut menyadarkan saya akan pentingnya pengetahuan umum bagi kita sebagai hamba Tuhan. Jangan kita hanya tahu Alkitab dan hal-hal yang menyangkut Firman Tuhan saja. Tapi hamba Tuhan itu seharusnya memiliki pengetahuan yang luas. Tidak perlu juga mendalami semua ilmu yang ada, tetapi setidaknya kita tahu kulit luarnya seperti apa. Ibarat sebuah novel atau buku, kita cukup tahu judul dan sinopsisnya, tapi kalau mau membaca dari halaman pertama sampai terakhir tidak menjadi masalah, malah itu lebih baik, tapi ingat bukan sebuah keharusan “kulit luar atau sinopsisnya saya rasa cukup.” Mengapa saya katakan demikian, karena kita melayani jemaat atau orang-orang di sekitar kita dari berbagai bidang ilmu pengetahuan. Bagaimana kita bisa melayani dan mengerti kebutuhan mereka kalau kita sendiri tidak tahu apa yang mereka geluti dan apa yang mereka butuhkan. Saya kira bukan hanya tafsiran Alkitab yang salah yang dapat menyesatkan orang lain tetapi wawasan kita yang kurang luas namun disampaikan dengan berita yang salah, saya kira itu suatu penyesatan yang juga memakan korban.
So, hamba Tuhan harus sadar akan pentingnya wawasan yang luas. Kita yang masih muda memiliki cukup banyak waktu untuk belajar lebih banyak lagi. Bukan hanya soal tafsir menafsir Alkitab atau dunia Alkitab, tetapi dunia pengetahuan yang lain juga sangat perlu bagi kita. Terus terang, ketika laptop saya bermasalah dan perlu di install dan berbagai istilah computer lainnya oleh teman saya yang eg berlatar belakang teologi, saya merasa perlu untuk belajar darinya. Ini bertujuan supaya kita tidak bengong atau merasa risih karena tidak tahu apa-apa. Karena itu,kadang dengan teman-teman sepelayanan atau teman-teman hamba Tuhan yang tahu dengan jeli mengoperasikan computer, saya lebih senang bertanya ketika saya mengalami kesulitan. Intinya jangan malu untuk tahu sesuatu yang baru bagi kita yang tentunya memberi manfaat positif untuk diri kita dan pelayanan kita tentunya.
So, tentu kita sebagai hamba Tuhan berharap tidak ada kejadian yang terjadi lagi seperti khotbah hamba Tuhan dii atas. Karena tugas kita memberitakan kebenaran yang sesungguhnya bukan sekedar mereka-reka kebenaran (bukan hanya tentang kebenaran sejati dalam arti yang “sesungguhnya”tetapi kebenaran yang berlaku di dunia). So, belajar lagi, more and more…., karena Alkitab adalah sumber dari segala ilmu pengetahuan yang ada sekarang. Jadi tidak ada salahnya untuk memeiliki wawasan luas yanga ada. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan.