Anda boleh saja berkata kepada orang
yang bersalah kepada Anda bahwa, “saya sudah mengampunimu,” tetapi belum tentu
hati Anda dapat melepaskan pengampunan yang sejati. Memang pada dasarnya
berkata mengampuni itu mudah dan dapat dilakukan oleh semua orang, tetapi
pengampunan yang sejati sulit untuk didapatkan. Namun kisah seorang gadis di
bawah ini membuat penulis salut akan apa yang telah dilakukan olehnya. Sebuah tindakan yang tidak semua orang dapat
melakukannya sudah dia lakukan. Salah
satu hal yang membuat penulis sadar bahwa pengampunan itu lahir karena
seseorang mau merespon panggilan Allah dalam kehidupannya. Kesadaran gadis ini akan panggilan Allah
membuat dia mau terbuka bagi orang yang dapat menyimpan rahasia pribadinya
tentang masa lalunya. Dia seorang ‘hamba Tuhan’ dan saya percaya bahwa tidak
banyak di antara hamba Tuhan yang mau membuka ‘aib’ masa lalunya dan terus
membentengi diri tentang ‘sampah’ hidupnya. Tapi, siapa pun Anda, ingat bahwa
‘sampah’ itu dapat menjadi berkat bagi orang-orang yang Anda layani. Namun Anda harus berhikmat dalam menjadikan
‘sampah’ itu sebagai hal yang berharga dalam hidup pelayanan Anda.
Demikian kisah ‘gadis’ ini:
Dia lahir dari seorang ibu yang
meninggalkan Tuhan karena mengikuti keyakinan sang suami yang tidak mengenal
Tuhan Yesus. Ibunya mengandung dia di luar nikah alias ‘MBA’, dia merasa bahwa
dirinya adalah anak haram, namun bagi penulis ‘istilah demikian tidak berlaku
bagi Tuhan.’ Apa pun pendapat Anda, bagi
penulis dia tetap gadis yang diimpikan oleh Tuhan lahir ke dunia ini, hanya
karena kesalahan dari orang tua maka hal itu terjadi dalam hidupnya. Tapi, Tuhan pun masih memperhitungkan
kesalahan yang diperbuat oleh orang tua (manusia), meskipun ada hukuman-hukuman
yang harus dijalani bagi mereka yang bersalah.
Masih usia yang terlalu dini, ketika
adiknya dikandung, sang ayah meninggalkan dia dan keluarganya dan menikah
dengan wanita lain. Singkat cerita,
gadis ini beranjak dewasa dan suatu hari ayahnya datang menemuinya. Mungkin karena lama tidak pernah melihat
sosok ayahnya, ketika anak gadis ini bertemu dengan ayahnya, dia merasa biasa
saja. Sang ayah kemudian mengajak dia
jalan-jalan. Karena malam telah
menghampiri perjalanan mereka, maka sang ayah mengajak anak gadisnya untuk
bermalam di sebuah penginapan. Ayahnya
kemudian membawa ia masuk dalam sebuah kamar penginapan dan meminta anak
gadisnya untuk menunggu dia sambil menyerahkan segelas air kepada anak gadisnya.
Ketika ayahnya pergi, anak gadis ini kemudian ‘minum’ dan tertidur pulas. Besok
paginya ia terbangun dan melihat ayahnya tidur terlelap di sampingnya. Ia
kemudian ke kamar mandi, saat anak gadis ini sedang ‘maav’ buang air, ia merasa
kesakitan pada bagian ‘alat kelaminnya’ dan melihat ada darah keluar. Kini dia tersadar bahwa ayahnya telah
merenggut ‘harga dirinya’. Dia menangisi
‘virginitasnya’ yang telah hilang oleh ayah kandungnya sendiri. Ayahnya pun kini tersadar kalau anak gadisnya
telah sadar akan perbuatan yang telah dia lakukan karena melihat anaknya
mengurung diri di kamar mandi. Gadis in tidak mau keluar dari kamar mandi meski
ayahnya memaksa dia dan minta maaf akan kesalahannya. Saat mendengar ayahnya sudah tidak ada di
ruangan itu, dia kemudian lari pulang ke rumah ibunya.
Harapan gadis ini tinggal satu, dia
berharap ibunya tidak akan marah terhadap dirinya dan berharap ibunya akan
marah kepada ayahnya. Namun dia menyimpan rahasia itu selama 5 tahun terhadap
ibunya. Ia melakukan hal itu karena ketakutan dalam dirinya. Ia takut ibunya
membenci dirinya atau membenci ayahnya. Dengan rasa takut anak gadis ini pun
melaporkan perbuatan ayahnya terhadap dirinya 5 tahun yang lalu (setelah ia
mengenal Tuhan dan setelah dia sharing dengan seorang hamba Tuhan). Ibu mana
yang tidak akan sakit dan murka mendengar hal ini terjadi terhadap anaknya
sendiri. Anak kandungnya ‘diperkosa’ oleh suaminya sendiri yang adalah ayah
dari anaknya sendiri yang menjadi korban. Anda tentu tidak akan membiarkan hal
ini terjadi, kalau pun hal ini terjadi apa yang menjadi tindakan Anda
selanjutnya???
Tapi harapan anak ini kini telah pupus dan menjadi
sakit hati yang begitu dalam. Ibunya hanya menjawab, ‘oh begitu ya, saya kira
kamu hamil’..??? anak gadis mana yang tidak merasakan kehancuran yang mendapat
jawaban demikian? Harapan kini telah sirna dan tertelan ombak yang menghantam
kehidupan anak gadis ini. Sakit??? tentu hal itu sangat menyakitkan.
Bertahun-tahun anak ini menyimpan kepahitan dalam
hidupnya sama ayahnya. Tapi pengampunan itu kini dia telah lepaskan ketika dia
berani merespon panggilan Tuhan dalam kehidupannya. Saat dia terbuka kepada
orang-orang yang dapat diperacyainya, ia kini merasa lega dengan semua itu.
Kini dia sudah berkomunikasi baik dengan ayahnya.
Baginya, kalau Tuhan saja mau mengampuni manusia,
mengapa dia tidak bisa untuk mengampuni ayahnya? Dia sudah menjadi milik Tuhan
dan dia sadar untuk menjadi berkat bagi ayahnya yang belum mengenal Tuhan
Yesus. Harapannya, semoga ayahnya dapat
mengenal Tuhan yang dia sembah dalam hidupnya.
Kesalahan apa yang orang lain perbuat dalam hidup
Anda, namun tidak mampu Anda untuk lepaskan dan memberi pengampunan kepada
saudara Anda saat ini? Kesalahan jangan disimpan dalam kehidupan ini, karena
semua itu hanya akan merusak kehidupan saudara, selama masih ada waktu,
lepaskanlah pengampunan itu bagi sesama saudara.
Mari kita belajar dari kisah gadis di atas,
perjuangan yang luar biasa dan tidak mudah. Namun, meskipun berat ia memperoleh
kelegaan di dalamnya. Tuhan Yesus pernah berkata di dalam Matius 11:28
bahwa, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan
memberi kelegaan kepadamu.”
Pengenalan akan Tuhan Yesus yang benar akan
menyadarkan manusia untuk mau mengampuni kesalahan-kesalahan orang lain
terhadap dirinya. Orang percaya yang sadar akan pengampunan dosa yang telah
berlaku bagi dirinya oleh pengorbanan Tuhan Yesus akan memberlakukan
pengampunan itu juga dalam kehidupannya setiap saat.
Kisah di atas adalah kisah nyata, anak
gadis tersebut adalah sahabat dekat penulis. Semoga kisah hidupnya dapat
memberkati saudara. Kisah hidupnya sangat memberkati hidup penulis dan menjadi
inspiratif untuk penulis lebih maju di dalam pelayanan. Karena kehidupan
penulis tidak lebih baik dari kisah-kisah hidup sahabat-sahabat yang telah
mempercayai penulis. Gbu