Nas: Fil.
1:12-26
Pendahuluan
Apa
yang bisa Anda beli dengan uang?
Hidup
tidak bisa dibeli dengan uang tetapi kematian bisa.
Apa
yang paling ditakuti manusia di dunia ini?
Ada perbedaan antara orang dunia dan orang percaya.
Orang dunia takut akan kematian, namun sebagai orang percaya Anda dan saya
tidak perlu takut akan kematian, sebab Saya dan saudara tahu kemana kita akan
pergi setelah melewati kematian. Saudara dan saya telah diberikan harapan dari
janji sang penebus.
Pendaguluan Surat Filipi
Surat ini ditulis oleh
Paulus pada saat dia ada di dalam penjara karena pemberitaannya akan Kristus.
Apa yang diharapkan dan paling dirindukan oleh orang-orang yang dipenjara? Tentu
ada penantian yang panjang. Mereka tentu ingin bebas, kebebasan akan membuat
mereka bersukacita, bahkan bukan hanya mereka tapi keluarga mereka pun tentu
akan sangat bersukacita (Contoh, berita tetang kebebasan Ariel Peterpan, fans
yang menggila).
Namun berbeda dengan Paulus,
di dalam penjara justru dia menikmati kehidupannya. Dia senantiasa bersukacita
membagi kesaksiannya kepada jemaat di Filipi tentang apa yang dialami di dalam
penjara, meskipun dia penuh dengan penderitaan. Penderitaan justru tidak membat
dia untuk bersungut-sungut tetapi senantiasa bersukacita.
Apa yang dapat kita
pelajari dari Paulus? Paulus mengajar kita untuk bersukacita di dalam setiap
penderitaan (problem dan pergumulan) yang di alami dalam hidup kita, entah itu
di dalam keluarga, pekerjaan dan pelayanan. Sebab sukacita menolong kita
menghilangkan kekwatiran hidup. Percaya akan janji Tuhan di dalam Rat. 3:22,23. Yeremia selalu melihat
bahwa kebaikan Tuhan tidak pernah berakhir dalam ppenderitaan, selalu ada
harapan.
Sekarang, bagaimana
Paulus menyatakan sukacitanya? Mari baca dalam Fil. 1:21.
1.
Hidup bagi Kristus
Semua
orang ingin hidup bahagia, tidak ada orang yang berpikir untuk menikmati hidup
dengan menderita. Bahkan secara manusia, orang akan cenderung untuk berpikir
hidup kaya daripada hidup miskin. Anda ingin kaya atau miskin? Tentu tidak ada
yang ingin miskin, semua ingin hidup di dalam kekayaan. Bahkan kalau saya
bertanya kepada seorang Pendeta, dia tentu akan menjawab ingin hidup kaya kalau
saya bertanya akan kedua pilihan ini.
Mengapa
kira-kira? Karena pada dasarnya manusia cenderung berpikir bahwa dengan
kekayaan kita tidak akan mengalami penderitaan, bisa makan enak terus, mau beli
ini beli itu tersedia. Tapi sadarkah kita kalau pada dasarnya kekayaan akan
membuat hidup manusia juga menderita? Kekwatiran akan menjaga, memikirkan harta
akan membuat penderitaan bagi seseorang. Makanya benarlah kata firman, “Karena
di mana hartamu berada, distu juga hatimu berada” (Mat.6:21; Luk.12:34)-Misalx.
……selalu kepikiran, wah tadi saya kunci leher tidak yah motor diparkiran? Atau
tadi sebelum saya berangkat, saya sudah matikan kompor tidak yah. Kalau tiidak
rumah kesayanganku bagaimana nantinya?
Ada
kekwatiran, itulah sebabnya Tuhan tidak pernah mengatakan atau menjajikan
kekayaan berlimpah-limpah, yang ada janji Tuhan adalah berkat yang melimpah Kej.22;11, berlimpah
susu dan madu Bil. 14:8, sukacita yg berlimpah, Mzm.16:11kesejateraan yg
berlimpah Mzm.37:11, damai sejahtera yg berlimpah Mzm.72:7, dsb.
Makanya
Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita berdoa demikian Mat.6:11 “Berikanlah kami pada
hari ini makanan kami yang secukupnya”. Tuhan ingin kita hidup
berkecukupan, karena Tuhan tahu apa yang akan terjadi kalau kita hidup di dalam
kekayaan, banyak orang akan meninggalkannya karena kesombongan. Pelajaran dari Kel.16, tentang bangsa Israel yang
desediakan manna oleh Tuhan selama 40 tahun , Tuhan mengajar mereka untuk hidup
secukupnya, diperintahkan untuk mengmpulkan manna yang secukupnya sesuai dengan
takaran Gomer yang ditetapkan oleh Allah. Kej. 16:8, Yang mengumpulkan banyak
tidak kelebihan dan yang mengumpulkan sedikit tidak kekurangan. Intinya bahwa
Allah ingin kita hidup di dalam kecukupan. So, apakah salah jika anak-anak Tuhan itu
menjadi kaya? Tentu tidak, tapi hiduplah
di dalam kekayaan yang bukan kekayaan yang bersifat negative, selalu mencukupkan
diri dengan apa yang ada (kekayaan dalam pengertian berkecukupan di dalam Tuhan), bukan menggunakan kekayaan untuk hal yang tidak
benar, untuk ketidakpuasan dan terlebih menggunakan kekayaan sebagai berhala.
Mat.6:24, Tidak bisa mengabdi kepada dua tuan, Allah dan Mamon (kekayaan).
Paulus
merasakan bahwa hidup yang dia nikmati semata-mata untuk Kristus. Karena itu,
selama dia hidup dia terus memberitakan Kristus. Ia menganggap bahwa hidup itu
sebagai kesempatan untuk menginjil, sebab kalau dia sudah mati dia tidak aka
nada kesempatan lagi. Meskipun harus menderita, namun dia menikmati
penderitaannya itu dengan sukacita.
Hidup
untuk Kritus itu artinya hidup menghasilakan buah (Gal.5:22,23). Pada dasarnya buah yang dituntut Tuhan adalah buah
yang baik. Kalau kita tahu itu baik, mari kita melakukannya dan kalau kita tahu
hal itu jahat, janganlah kita melakukannya (MIs. Berbuat kasih dan berbuat
gossip)
2.
Mati bagi Kristus
Tidak perlu takut mati,
sebab kita tahu tujuan akhir kita akan kemana. Ada ungkapan, banyak jalan
menuju Roma. Tapi satu hal yang kita ingat hanya satu jalan menuju kerajaan
surg (Yoh.14:6).
Bagi Paulus hidup dan
mati sama saja untuk Kristus. Toh juga dia hidup sekarang, dia hidup untuk
Kristus dan pada saat dia mati pun dia akan bertemu dengan Kristus, ini iman
Paulus yang begitu besar. Tapi jangan juga cepat mau mati, sense oh humor “saya mau
ketemu Yesus cepat-cepat, saya bunuh diri saja biar cepat ketemu Yesus daripada
menderita di dalam dunia, that’s stupid! Tapi nikmatilah hidup ini dengan
manghasilkan buah bagi Allah sehingga orang lain menikmati buah itu dari hidup
saudara. Tahukah kita bahwa ketika kita menghasilkan buah, Tuhan tidak ingin
kita menghasilkannya untuk dia saja, tetpai bagaimana orang lain dan diri kita
sendiri menikmatinya. Itulah perbedaan anatar pohon yang berbuah dengan kita
yang berbuah, pohon mengahsilkan buah hanya untuk mahluk hidup yang lain tidak
untuk dirinya sendiri.
Pada intinya, kalau
kita mau bahagia, penuh dengan sukacita (full joy), tidak ckup kita hanya
sekedar tahu akan firman, tapi bagaimana kita melakukan apa yang kita tahu. Itu
sebabnya banyak ‘pendeta’ yang hidupnya masih perlu dikasihani, menderita,
mengemis. Padahal mereka berkhotbah berkobar-kobar, bagaimana hidup bahagia, doa yang benar, langkah2 sukses, percaya akan
faith is move the mountain, tetapi mereka sendiri tidak melakukakannya
karena mereka hanya sekedar tahu.
Jadi, ingin hidup dalam
sukacita, tidak cukup hanya sekedar ‘tahu’ tapi mau ‘melakukannya’. Jangan kita
hanya tahu tentang firman hidup dan mati bagi Kristus tetapi
mari kita siap untuk mengahdapinya. Iman
tidak hanya bearti percaya, tahu akan firman Tuhan, tetapi percaya berarti kita
siap melakukannya. Amin.