Sabtu, 28 Juli 2012

Hidup dan Mati bagi Kristus


Nas: Fil. 1:12-26

Pendahuluan
            Apa yang bisa Anda beli dengan uang?
            Hidup tidak bisa dibeli dengan uang tetapi kematian bisa.
            Apa yang paling ditakuti manusia di dunia ini?
Ada perbedaan antara orang dunia dan orang percaya. Orang dunia takut akan kematian, namun sebagai orang percaya Anda dan saya tidak perlu takut akan kematian, sebab Saya dan saudara tahu kemana kita akan pergi setelah melewati kematian. Saudara dan saya telah diberikan harapan dari janji sang penebus.
Pendaguluan Surat Filipi
Surat ini ditulis oleh Paulus pada saat dia ada di dalam penjara karena pemberitaannya akan Kristus. Apa yang diharapkan dan paling dirindukan oleh orang-orang yang dipenjara? Tentu ada penantian yang panjang. Mereka tentu ingin bebas, kebebasan akan membuat mereka bersukacita, bahkan bukan hanya mereka tapi keluarga mereka pun tentu akan sangat bersukacita (Contoh, berita tetang kebebasan Ariel Peterpan, fans yang menggila).
Namun berbeda dengan Paulus, di dalam penjara justru dia menikmati kehidupannya. Dia senantiasa bersukacita membagi kesaksiannya kepada jemaat di Filipi tentang apa yang dialami di dalam penjara, meskipun dia penuh dengan penderitaan. Penderitaan justru tidak membat dia untuk bersungut-sungut tetapi senantiasa bersukacita.
Apa yang dapat kita pelajari dari Paulus? Paulus mengajar kita untuk bersukacita di dalam setiap penderitaan (problem dan pergumulan) yang di alami dalam hidup kita, entah itu di dalam keluarga, pekerjaan dan pelayanan. Sebab sukacita menolong kita menghilangkan kekwatiran hidup. Percaya akan janji Tuhan di dalam Rat. 3:22,23. Yeremia selalu melihat bahwa kebaikan Tuhan tidak pernah berakhir dalam ppenderitaan, selalu ada harapan.
Sekarang, bagaimana Paulus menyatakan sukacitanya? Mari baca dalam Fil. 1:21.
1.      Hidup bagi Kristus
Semua orang ingin hidup bahagia, tidak ada orang yang berpikir untuk menikmati hidup dengan menderita. Bahkan secara manusia, orang akan cenderung untuk berpikir hidup kaya daripada hidup miskin. Anda ingin kaya atau miskin? Tentu tidak ada yang ingin miskin, semua ingin hidup di dalam kekayaan. Bahkan kalau saya bertanya kepada seorang Pendeta, dia tentu akan menjawab ingin hidup kaya kalau saya bertanya akan kedua pilihan ini.
Mengapa kira-kira? Karena pada dasarnya manusia cenderung berpikir bahwa dengan kekayaan kita tidak akan mengalami penderitaan, bisa makan enak terus, mau beli ini beli itu tersedia. Tapi sadarkah kita kalau pada dasarnya kekayaan akan membuat hidup manusia juga menderita? Kekwatiran akan menjaga, memikirkan harta akan membuat penderitaan bagi seseorang. Makanya benarlah kata firman, “Karena di mana hartamu berada, distu juga hatimu berada” (Mat.6:21; Luk.12:34)-Misalx. ……selalu kepikiran, wah tadi saya kunci leher tidak yah motor diparkiran? Atau tadi sebelum saya berangkat, saya sudah matikan kompor tidak yah. Kalau tiidak rumah kesayanganku bagaimana nantinya?
Ada kekwatiran, itulah sebabnya Tuhan tidak pernah mengatakan atau menjajikan kekayaan berlimpah-limpah, yang ada janji Tuhan adalah berkat yang melimpah Kej.22;11, berlimpah susu dan madu Bil. 14:8, sukacita yg berlimpah, Mzm.16:11kesejateraan yg berlimpah Mzm.37:11, damai sejahtera yg berlimpah Mzm.72:7, dsb.
Makanya Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita berdoa demikian Mat.6:11 “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”. Tuhan ingin kita hidup berkecukupan, karena Tuhan tahu apa yang akan terjadi kalau kita hidup di dalam kekayaan, banyak orang akan meninggalkannya karena kesombongan. Pelajaran dari Kel.16, tentang bangsa Israel yang desediakan manna oleh Tuhan selama 40 tahun , Tuhan mengajar mereka untuk hidup secukupnya, diperintahkan untuk mengmpulkan manna yang secukupnya sesuai dengan takaran Gomer yang ditetapkan oleh Allah. Kej. 16:8, Yang mengumpulkan banyak tidak kelebihan dan yang mengumpulkan sedikit tidak kekurangan. Intinya bahwa Allah ingin kita hidup di dalam kecukupan. So, apakah salah jika anak-anak Tuhan itu menjadi kaya?  Tentu tidak, tapi hiduplah di dalam kekayaan yang bukan kekayaan yang bersifat negative, selalu mencukupkan diri dengan apa yang ada (kekayaan dalam pengertian berkecukupan di dalam Tuhan), bukan menggunakan kekayaan untuk hal yang tidak benar, untuk ketidakpuasan dan terlebih menggunakan kekayaan sebagai berhala. Mat.6:24, Tidak bisa mengabdi kepada dua tuan, Allah dan Mamon (kekayaan).
Paulus merasakan bahwa hidup yang dia nikmati semata-mata untuk Kristus. Karena itu, selama dia hidup dia terus memberitakan Kristus. Ia menganggap bahwa hidup itu sebagai kesempatan untuk menginjil, sebab kalau dia sudah mati dia tidak aka nada kesempatan lagi. Meskipun harus menderita, namun dia menikmati penderitaannya itu dengan sukacita.
Hidup untuk Kritus itu artinya hidup menghasilakan buah (Gal.5:22,23). Pada dasarnya buah yang dituntut Tuhan adalah buah yang baik. Kalau kita tahu itu baik, mari kita melakukannya dan kalau kita tahu hal itu jahat, janganlah kita melakukannya (MIs. Berbuat kasih dan berbuat gossip)
2.    Mati bagi Kristus
Tidak perlu takut mati, sebab kita tahu tujuan akhir kita akan kemana. Ada ungkapan, banyak jalan menuju Roma. Tapi satu hal yang kita ingat hanya satu jalan menuju kerajaan surg (Yoh.14:6).
Bagi Paulus hidup dan mati sama saja untuk Kristus. Toh juga dia hidup sekarang, dia hidup untuk Kristus dan pada saat dia mati pun dia akan bertemu dengan Kristus, ini iman Paulus yang begitu besar. Tapi jangan juga cepat mau mati, sense oh humorsaya mau ketemu Yesus cepat-cepat, saya bunuh diri saja biar cepat ketemu Yesus daripada menderita di dalam dunia, that’s stupid! Tapi nikmatilah hidup ini dengan manghasilkan buah bagi Allah sehingga orang lain menikmati buah itu dari hidup saudara. Tahukah kita bahwa ketika kita menghasilkan buah, Tuhan tidak ingin kita menghasilkannya untuk dia saja, tetpai bagaimana orang lain dan diri kita sendiri menikmatinya. Itulah perbedaan anatar pohon yang berbuah dengan kita yang berbuah, pohon mengahsilkan buah hanya untuk mahluk hidup yang lain tidak untuk dirinya sendiri.
Pada intinya, kalau kita mau bahagia, penuh dengan sukacita (full joy), tidak ckup kita hanya sekedar tahu akan firman, tapi bagaimana kita melakukan apa yang kita tahu. Itu sebabnya banyak ‘pendeta’ yang hidupnya masih perlu dikasihani, menderita, mengemis. Padahal mereka berkhotbah berkobar-kobar, bagaimana hidup bahagia, doa yang benar, langkah2 sukses, percaya akan faith is move the mountain, tetapi mereka sendiri tidak melakukakannya karena mereka hanya sekedar  tahu.
Jadi, ingin hidup dalam sukacita, tidak cukup hanya sekedar ‘tahu’ tapi mau ‘melakukannya’. Jangan kita hanya tahu tentang firman hidup dan mati bagi Kristus   tetapi mari kita siap untuk mengahdapinya. Iman tidak hanya bearti percaya, tahu akan firman Tuhan, tetapi percaya berarti kita siap melakukannya. Amin.