PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengininjilan kontekstual merupakan salah satu cara untuk menjangkau suku-suku yang masih terabaikan. Secara khususnya suku Bugis Makassar, suku yang cukup besar yang ada di wilayah Sulawesi Selatan, Indonesia. Suku ini sudah pernah dijangkau oleh para misionaris ketika masih berlangsung penjajahan dari bangsa Portugis dan Belanda. Banyak jiwa yang dimenangkan, bahkan banyak di antara mereka adalah para pemimpin-pemimpin (raja-raja) yang berkuasa pada saat itu banyak yang dimenangkan dan dibaptis masuk agama Kristen. Namun karena kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh sebagian dari misionaris, sehngga banyak yang kembali murtad karena pandangan mereka adalah secara komunitas bukan individual. Jadi satu dari misionaris yang berbuat kesalahan, semua akan terkena dampaknya. Artinya perbuatan dari satu misionaris tidak jauh berbeda dengan yang lainnya. Kemurtadan juga disebabkan karena pengaruh agama Islam yang cukup kuat dan juga pada masa DI/TII berkuasa di mana dipimpin oleh Kahar Muzakkar.
Kesalahan-kesalahan yang sangat kental samapai sekarang yang dibuat oleh para misionaris adri Barat adalah mereka memakai budaya mereka untuk menyampaikan Injil kepada budaya setempat kemudian membuang budaya setempat dan menggantinya dengan kebudayaan yang mereka miliki, karena menganggap budaya orang adalah dosa. Sehingga masyarakat yang dimenangkan seolah-olah terikat dengan budaya para misionaris.
Penulis melihat itu sebagai suatu kesalahan besar yang sudah dilakukan. Maka dari itu, melalui teologi kontekstualisasi penulis membuat suatu metode pendekatan terhadap suku ini tanpa harus membuang budaya mereka. Penulis bermaksud menjadikan budaya mereka sebagai gaya hidup yang dapat menjembatani kita untuk masuk dalam budaya mereka. Seorang misionaris tidak perlu memakai budaya sendiri, tapi budaya mereka adalah jalan terbaik untuk menjangkau suku ini. Karena jika kita pelajari kebudayaan mereka, sebenarnya banyak hal-hal yang secara etikaitu baik untuk dipertahankan, namun tentu juga ada yang tidak. Oleh karena itu yang tiak perlu untuk dibuang, kita sebaiknya pertahankan sebagai suatu gaya hidup.
Tujuan Penulisan
Sekarang ini banyak metode penginjilan yang dipakai oleh para misioanaris/penginjil dalam menjangkau suku-suku yang boleh dikatakan percaya yahg ada hanya sekitar 0,1-2 % dari jumlah penduduknya secara keseluruhan. Salah satunya adalah suku Bugis Makassar di mana orang percaya dapat diperkirakan hanya sekitar 0,5 5 dari keseluruhan suku ini.
Kadang metode yang digunakan hanya sampai pada pertengahan jaolan, seterusnya tidak ada follow up dari para penginjil. Melalui ini, mungkin apa yang penulis rancang sebagai salah satu metode pendekatan dalam penginjilan boleh menkjadi salah satu metode yang dapat kita gunakan dalam menjangkau jiwa-jiwa yang ada, khususnya suku Bugis Makassar. Karena yang kita lihat secara ril sekarang ini, suku ini sepertinya terlalu sukar untuk dijangkau. Selain karena kebudayaan yang berakar begitu kuat, juga ditambah lagi dengan pengaruh ajaran Islam yang sudah begitu kuat.
Oleh karena itu, tujuan utama metode yang kami rancangkan bukan untuk kristenisasi bagi objek yang kita Injili, tetapi bagaiman kita boleh membangun persaudaraan di antara mereka dalam kekerabatan, sehingga ketika mereka mengetahui identitas diri kita, mind set mereka boleh berubah tentang siapa kita (orang Kristen) sebenarnya. Keputusan mereka untuk percaya dan menerima Tuhan Yesus adalah pekerjaan Roh Kudus. Karena penulis yakin, sesuai dgn firman Tuhan dalam Yesaya 55: 11, "Demikianlah firman yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali dengan sia-sia, etapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.
"
To be continued,,,,,,,,,,,,,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri masukan yup!!!