Rabu, 23 September 2009
Pujian dan Penyembahan kepada Allah
B A B I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketika berbicara tentang ibadah maka pikiran kita akan mengarah kepada sesuatu hal yang sakral yang berhubungan dengan keimanan seseorang kepada Tuhan atau dalam hal ini seseuatu yang menyagkut keagamaan. Di dalam setiap agama tentu dikenal yang namanya peribadatan karena melaluinyalah penyembahan kepada Tuhan yang dipercaya berlangsung secara sakral. Hal yang sama pun menjadi suatu kewajiban bagi orang Kristen dalam menyembah Tuhan, karena ibadah merupakan sebuah moment bagi umat/jemaat untuk menyembah dan mengagungkan Tuhan dalam kehidupannya.
Di dalam ibadah itulah ada yang disebut dengan “Pujian dan Penyembahan”. Bagi orang Kristen, pujian dan penyembahan merupakan dua hal yang mereka lakukan dalam beribadah kepada Allah. Melaluinya, ungkapan keangungan dan penghormatan kepada Allah yang Maha Kuasa dalam persekutuan tersalurkan, baik persekutuan dengan Allah secara pribadi maupun persekutuan dengan Allah bersama-sama dengan jemaat yang lain. Namun perlu diketahui bahwa bukan hanya dalam ibadah-ibadah atau persekutuan-persekutuan yang berlangsung secara formal, seperti pada hari Minggu pujian dan penyembahan dapat dilakukan, tapi kapan pun dan di mana pun dalam setiap aspek kehidupan orang percaya.
Tentu ada banyak perbedaan yang terjadi dalam masing-masing Gereja Tuhan mengenai Pujian dan Penyembahan. Perbedaan kemungkinan besar bukan cuma ada pada pengertian tentang dua unsur ini, tapi juga kepada cara dan bentuk pelaksanaannya dalam beribadah kepada Allah. Oleh karena itu penting untuk diketahui secara jelas apa arti dan maksud yang ada dalam pujian dan Penyembahan.
Tujuan Penulisan
Meskipun dogma, doktrin atau pun teologi setiap gereja memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai arti, cara dan bentuk pelaksanaan Pujian dan Penyembahan, namun Objek dari pujian dan penyembahan tetaplah sama, yaitu Tuhan Yesus kristus. Oleh karena itu sangat penting untuk mingetahui apa sebenarnya arti dan tujuan dari pujian dan penyembahan lebih jauh lagi. Untuk siapa kita melakukan semuanya dan apa yang kita dapatkan? Supaya perbedaan pendapat dan pandangan dari masing-masing Gereja ataupun denominasi tidak memunculkan pertentangan dan perdebatan sesama umat Allah, namun boleh saling melengakapi dan saling membangun satu dengan yang lainnya.
Melalui makalah ini, penulis akan membahas secara sederhana dan singkat tentang arti dari Pujian dan Penyembahan. Bentuk atau pun cara tidak akan dibahas secara detail, tetapi lebih kepada pengaplikasiannya dalam kehidupan dan pelayanan umat, karena hal ini jauh lebih bermanfaat dan berharga dihadapan Tuhan.
BAB II
PUJIAN DAN PENYEMBAHAN
A. Pengertian Pujian dan Penyembahan
Pujian dan penyembahan adalah dua unsur yang sangat penting dalam suata kegiatan beribadah umat Kristiani. Namun kedua hal ini berbeda makna dan tujuannya, tetapi saling berkaitan dan bisa saling dikombinasikan dalam kegiatan ibadah. Oleh karena itu penting untuk mengetahui arti dari keduanya dan apa tujuannya dalam beribadah kepada Allah.
Pujian dalam beribadah tidak dipahami sebagai suatu pujian yang bisa diucapkan kepada orang-orang yang patut mendapat pujian dari kita, namun pujian yang dimaksud di sini lebih dari semua yang kita pernah katakan terhadap sesama kita. Lebih dari apa yang pernah kita ungkapkan terhadap sesuatu yang begitu indah yang pernah kita lihat. “Menurut Bob Sorge dalam bukunya, pujian adalah sesuatu yang kita tujukan kepada Tuhan atau sesuatu yang kita ungkapkan kepada orang lain mengenai Tuhan.”
Dari pendapat Bob Sorge dapat dipahami bahwa Pujian yang dimaksud adalah suatu ungkapan yang ditujukan kepada Tuhan di mana melaluinya kita mengagungkan Dia dan membesarkan nama-Nya lewat pujian kita. Pujian yang kita naikkan kepada Allah bukanlah suatu pujian yang merupakan paksaan dari dalam diri seseorang namun harus menjadi pujian yang benar-benar mengalir dari dalam diri seseorang dalam penyembahannya kepada Tuhan.
Pujian dalam kehidupan orang percaya diungkakan melalui nyanyian-nyanyian rohani yang dipakai dalam setiap jemaat yang ada. Nyanyian-nyanyian rohani tidak hanya dipakai dalam memuji Tuhan saat beribadah tapi dalam segala aspek kehidupan orang percaya, pujian kepada Allah senantisa dinaikkan dengan segenap hati kapan pun dan di mana pun kita berada.
Berbicara tentang nyanyian, Eka Darmaputera berkata dalam bukunya, “bahwa menyanyi bagi orang Kristen adalah ungkapan iman.” Melalui nyanyian-nyanyian rohani yang ada kita bisa mengungkapkan isi hati kita kepada Tuhan. Kita bisa membawa segala kerinduan, pengagungan kita kepada Tuhan, mengungkapkan perasaan yang ada, dan lain sebagainya. Karena firman Allah mengatakan bahwa Allah bersemayam di atas puji-pujian, (Mzm.22:4). Itu artinya Allah sangat menghendaki pujian kita senantiasa dibawa kepada-Nya.
Dalam memuji Tuhan, berbagai cara yang dapat kita pakai. “Dalam zaman Perjanjian Lama, mengangkat tangan adalah salah satu bentuk umum dalam memuji Allah (Mzm. 28:2; 63:5; 134:2; 141: 2).” Memuji Tuhan dengan tari-tarian, bertepuk tangan dan dengan alat musik (Mzm.150:3-5) juga merupakan bentuk memuji Tuhan dalam zaman Perjanjian Baru. Namun hal ini tentunya tidak seharusnya menjadi pertentangan dalam jemaat karena bukan cara atau pun bentuk yang terpenting namun kesungguhan hati yang terfokus kepada Allah yang dipuji.
Tujuan utama dari pujian adalah bagaiamana seluruh aspek kehidupan kita memberikan suatu gambaran bahwa apa yang kita lakukan senantiasa membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Bukan hanya melalui ungkapan nyanyian-nyanyian rohani yang kita nyanyikan, tetapi hidup kita apakah itu membuat orang lain memandang kepada Allah yang kita percaya dan mereka memuji dan memuliakan Dia dengan apa yang kita lakukan dalam kehidupan kita setiap saat.
Kalau pujian merupakan suatu ungkapan segenap hati kita kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan kita, bagaimana dengan penyembahan? Penyembahan tentu merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam beribadah kepada Allah. Setiap orang tentunya memiliki pendapat sendiri tentang arti dari penyembahan.
“Bob Sorge memiliki beberapa pendapat tentang penyembahan dalam bukunbya, salah satunya adalah penyembahan merupakan percakapan antara Tuhan dan manusia, sebuah dialog yang harus senantiasa selalu ada dalam kehidupan orang Kristen.” Ketika melihat penyembahan merupakan salah satu cara kita bercakap dengan Tuhan itu artinya dalam penyembahan kita membangun suatu persekutuan dengan Tuhan. Di dalam persekutuan itulah kita menyadari bahwa kita adalah ciptaan yang patut untuk menyembah sang Pencipta dalam kehidupan kita.
Pujian dan Penyembahan sangat berkaitan erat dalam beribadah kepada Tuhan. Kedua-duanya memiliki peranan yang penting. Sama seperti Pujian, Penyembahan kepada Allah tidak dibatasi dengan waktu dan tempat teretentu seperti yang menjadi pertanyaan perempuan Samaria dalam Yohanes 4. Penyembahan lebih berbicara tentang kesungguhan hati umat manusia dalam menyembah Allah dan dalam membangun hubungan atau persekutuan dengan Allah sendiri. Tuhan Yesus berfirman dalam Yohanes 4:23 untuk kita menyembah Tuhan dalan roh dan kebenaran. Artinya bagaimana roh kita bisa berhubungan dengan Roh Tuhan, bukan hanya sebatas kebiasaan atau rutinitas yang dilakukan secara lahiriah saja tanpa ada respon dari hati umat-Nya.
Tujuan utama secara vertikal dari pujian dan penyembahan kita kepada Tuhan adalah melayani Tuhan. Sikap dasar dari penyembahan bukanlah “Berkati aku, Tuhan”, melainkan “Aku akan memberkati (memuji) Tuhan!. Sedangkan tujuan utama secara horisontal adalah untuk memperkuat rasa persatuan di dalam Tubuh Kristus.”
B. Pemahaman Pujian dan Penyembahan dalam Jemaat Tuhan
Di dalam lingkungan jemaat Tuhan, tentu kedua hal ini harus terlebih dahulu dipahami supaya jemaat boleh benar-benar tahu dan memahaminya sehingga dilakukan berdasarkan pemahaman yang ada. Setiap hamba Tuhan sebaiknya memberi penjelasan yang lebih detail kepada jemaat yang dilayaninya. Mungkin bisa melalui khotbah, cell group maupun kelompo-kelompok Pemahaman Alkitab yang ada.
Kemungkinan besar yang membuat jemaat tersesat dengan cara yang mereka pakai dalam pujian dan penyembahan adalah kurangnya pemahaman mereka terhadap keduanya. Sehingga lahirlah konsep-konsep yang salah mengenai arti keduanya dari tengah-tengah mereka. Mereka hanya sekedar mengikuti bentuk dan cara yang hamba Tuhan setempat pakai tanpa adanya pemahaman yang lebih mendalam. Jadi sama halnya kita menyesatkan domba yang Tuhan sudah percayakan kepada kita.
Kalau kita melihat dari berbagai gereja Tuhan yang ada, tentu pemahaman tentang kedua hal ini sangat berbeda satu sama lain. Pendapat tentang keduanya pun akan saling bertentangan dan bahkan sangat rentan memunculkan perdebatan antara hamba-hanba Tuhan yang memiliki konsep tersendiri. Namun yang perlu kita ingat bahwa meskipun ada banyak pemahaman atau pun konsep yang berbeda tentang arti keduanya tetapi perlu diingat bahwa yang harus menjadi objek dari pujian dan penyembahan kita hanya satu, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
“Rick Warren berkata dalam bukunya, bahwa ibadah yang sejati yaitu mendatangkan kesenangan bagi Allah, terjadi bila Anda memberi diri Anda sepenuhnya kepada Allah.” Rick Warren bermaksud bahwa ketika kita mempersembahkan diri kita kepada Allah secara total dari seluruh aspek kehidupan kita maka itulah ibadah kita ang sesungguhnya. Mempersembahkan diri dalam artian berserah diri kepada Allah, menyadari bahwa kita sama sekali tidak mempunyai kekuatan untuk hidup tanpa Allah dan itulah yang disebut sebagai penyembahan. Firman Allah berkata bahwa kita seharusnya mempersembahakan hidup kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan dihadapan Allah karena itulah ibadah yang sejati (Rom.12:1).
C. Penerapan dan Aplikasinya dalam Pelayanan dan dalam Berjemaat
Tidak cukup hanya sekedar memahami dan mengerti arti dan tujuan dari sesuatu, hal yang sama juga tentu berlaku bagi pujian dan penyembahan. Malahan kedus unsur dalam ibadah ini adalah sesuatu yang sangat penting dibanding dengan hal lain yang sering kita lakuka dalm kehidupan kita. Karena kedua hal ini menyangkut hubungan persekutuan antara umat dengan sang Penciptanya. Oleh karena itu perlu suatu tindakan yang benar dalam penerapannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Penerapannya dalam kehidupan kita seharusnya harmonis dan selaras dengan kebenaran firman Tuhan. Oleh karena itu, mengenai hal ini sangat perlu untuk mengambil suatu tindakan waspada terhadap berbagai pendapat dan cara yang dipakai dalam suatu jemaat di mana kita berjemaat.
Kita harus menyadari dalam diri kita bahwa seringkali cara atau pun interpretasi terhadap arti dari pujian dan penyembahan dari seorang tokoh kadang membuat kita cepat untuk percaya dan mudah untuk menerima atau terpengaruh dalam kehidupan kita. Kadangkala hal itu kita nilai terlalu bagus dan kita merasa nyaman dengan apa yang kita terima itu namun tidak selaras dengan kebenaran firman Tuhan. Perlu untuk diingat kembali dasar dari apa yang diajarkan kepada kita, apakah hal itu menjadikan Kristus sebagai pusat atau objek dari pujian dan penyembahan kita atau hanya untuk kepuasan kita. Kalau hal itu bukan Kristus yang dijadikan pusat dari pujian dan penyembahan yang dilakukan, hal itu perlu dipertanyakan dan semestinya ditinggalkan. Intinya kita jangan mudah untuk terpengaruh dengan hal-hal baru yang ditawarkan kepada kita. Firman Tuhan berkata dalam I Yoh.4:1 untuk kita menguji setiap roh yang ada, apakah itu berasal dari Tuhan atau bukan.
Bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan Jemaat dan pribadi kita?
1. Penerapannya di dalam jemaat
Berbicara tentang jemaat itu artinya berbicara secara keseluruhan di dalam suatu persekutuan. Pujian dan penyembahan tentu sangat penting bagi kehidupan kita berjemaat. Melaluinya kita boleh bersama-sama menyatakan ungkapan segenap hati kita kepada Tuhan. Kita boleh bersama-sama dalam menyerahkan diri kita sebagai wujud penyembahan kita kepada Tuhan. Oleh karena kita adalah Tubuh Kristus maka seharusnya ada kesatuan di antara jemaat yang ada. Dengan kata lain, pujian dan penyembahan dapat menyatukan jemaat dalam beribadah kepada Tuhan. Persekutuan dapat menyadarkan kita bahwa kita senantiasa harus memiliki kesatuan dalam membangun Tubuh Kristus di dalam dunia ini. Namun ketika berbicara tentang cara dan bentuk dari pujian dan penyembahan, seharusnya dalam suatu jemaat memiliki kesepakatan yang sama dalam menggunakan metode yang diyakininya yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan dalam liturgi ibadahnya. Hal ini bertujuan supaya kesatuan itu tetap terpola dalam beribadah kepada Allah.
2. Penerapannya dalam pribadi kita
Kalau jemaat berbicara tentang hubungan Allah dengan jemaatnya dalam kesatuan atau pun persekutuan, maka hal yang sama pun juga bagi penerapannya dalam pribadi kita. Hanya lebih kepada hubungan individu yang langsung kepada Allah. Hubungan pribadi dengan Allah sangatlah penting dalam kehidupan orang percaya. Seharusnya ada waktu yang disediakan dalam setiap hari yang Tuhan sediakan bagi kita untuk memuji dan menyembah dia. Memang seluruh aspek kehidupan kita seharusnya selalu menyatakan pujian dan penyembahan kita kepada Allah, namun menyediakan waktu khusus untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi adalah tindakan yang lebih bagus lagi. Persekutuan kita secara pribadi ini memberikan kita peluang untuk menikmati hadirat Allah dalam diri kita.
B A B III
KESIMPULAN
Pujian dan penyembahan adalah dua unsur yang ada dalam ibadah orang Kristen. Keduanya merupakan hal yang sangat penting dan seharusnya ada dalam ibadah kita. Banyak pengertian yang dapat kita pahami dari arti keduanya, teantung bagaimana setiap pribadi meresponinya dalam beribadah kepada Allah. Tentu keduanya harus dipahami berdasarkan kebenaran firman Allah.
Pujian dan penyembahan bukanlah mengenai cara atau bentuk yang ada dalam liturgi yang berlaku dalam gereja setempat. Namun lebih kepada pengungkapan tentang diri Allah dari dalam hati kita sebagai Allah sang Pencipta. Dalam penyembahan, penyerahan diri secara total kepada Allah adalah inti dari semuanya. Kehudupan yang dipersembhkan kepada Allah secara total adalah keinginan Allah di dalam pujian dan penyembahan kita.
Perlu untuk diingat bahwa kedua hal ini seharusnya ada dalam jemaat kita. Pujian dan penyembahan dalam jemaat akan membangun kesatuan kita dalam persekutuan dengan Allah dalam membangun Tubuh Kristus. Serta dapat memberikan kekuatan dan semangat dalam diri kita secara pribadi ketika kita memilih waktu yang khusus untuk menyediakan pujian dan penyembahan kepada Allah.
Jumat, 04 September 2009
APA SI “NARSIS” ITU? Hamba Tuhan Boleh NaRsIS ga’ ya???
NARSISAN yanG manA coba??????
APA SI “NARSIS” ITU?
Hamba Tuhan Boleh NaRsIS ga’ ya???
APA SI “NARSIS” ITU? Hamba Tuhan Boleh NaRsIS ga’ ya??? |
B |
icara tentang dunia sekarang, apalagi dunia pergaulan anak muda ne,, begitu banyak bahasa “n” istilah-istilah yang muncuL dalam kamus gaul. Salah satunya kata NARSIS, siapa si yang ga pernah denger,, dimana-mana banyak orang naRSis lho di samping n sekitar kalian ada, ato….. jangan2 kamu sendiri dwehh, heeeee………………..
Ehhh kamu, beluM pernah denger y??? Oh kodong,,, skali2 banyak denger “n” nonTon infotainment ato siNetron, di tV banyak tu…haaaaa! #*#
Karena Q yakin kalian pasti taw, mengapa Tuhan kasi dua telinga dan satu mulut. Jawabanx adl lebih banyak mendengar daripada banyak bicara ato bergossip.
Namun ada yang lebih gawat lage ni. Apa ada diantara kalian biasa sebut-sebut tu kata ato bahkan ngatain diri NarsiS truZZ ga ngerti arti kata tu… Wowww,,,, parah,,, g cuman nyesatin orang lain tapi diri sendiri juga coy…
Bicara tentang Narsis ne,, gimana dengan para hamba Tuhan sendiri? Khususnya buat lo lo pada mahasiswa Teologi nie yang dipersiapkan untuk terJun ke ladang pelayanan (siapin parasut sebelumnya yuo) Boleh ga si Narsis? Dalam pergaulan kalian sehari-hari, apa kata Narsis udah jadi makanan sehari-hari. Ato malah kalian sementara khotbah ato bawa PA, kalian pada Narsis di atas mimbar ato di depaN tema2 kalian? Wow,,, hebat donk. Kata siapa???
Makanya sebelum kalian pada doyan makan Narsis nie (karena ada orang tu nanya, Narsis tu makanan kaya apa ya,, sejenis makanan kalenG!), sebaiknya baca dulu asal kata Narsis tu sendiri. Jangan sampai kalian yang termakan (makanya perhatikan salah satu kalimat yang menjadi salah satu acara di stasiun tV ni: kalau Asal ga boleh Usul, kalo Usul ga boleh Asal).
“LEGENDA AWAL TERCIPTANYA KATA NARSISME”
(sumber:http://
Kata Narsis berasal dari mitologi Yunani, tentang seorang pemuda tampan bernama Narsisus. Ia lebih tampan dari pria manapun di dunia ini sehingga banyak gadis-gadis memujanya, bahkan dia sendiri mencintai wajahnya. Tak urung dewi-dewi pun menyukainya termasuk salah seorang peri yang jatuh cinta padanya bernama Echos. Ia mengabaikan cinta Echos, karena ia lebih mengagumi ketampanannya dengan berkaca pada sebuah sungai. Dewi Nemesis pun menghukum Narsisus atas sakit hati Echos. Narsisus jatuh cinta pada bayangannya sendiri hingga akhirnya tenggelam. Berdasarkan mitos tersebut, kata Narsis digunakan untuk menggambarkan orang yang mencintai dirinya sendiri.
Akan tetapi menurut Sam Vaknin, penulis buku Maligant Self Love Narcissim Revisited, konsep Narsisisme kerap disalahartikan. Narsisus sebenarnya bukan mencintai dirinya sendiri tetapi bayangannya. Ada perbedaan besar antara diri yang sebenarnya denga diri yang terlihat dari sebuah pantulan.
Mencintai diri sendiri adalah hal yang normal dan sehat. Tapi yang terjadi pada seorang Narsis adalah dia mencintai citra diri yang ditangkap oleh orang lain. Orang yang jatuh cinta pada bayangan tidak mampu mencintai sesamanya, juga dirinya sendiri. Dalam obrolan sehari-hari, kita biasa mengaitkan kata “Narsis” dengan rasa “pD’ yang tinggi. “Si X pD banget, ga heran dia jadi sangat Narsis!”. Tapi di balik sikap Arogan, dia justru mengalami krisii pD. Untuk terus eksis, seorang Narsis tergantung pada yang disebut sebagai “Narcissistic Supply, yaitu pandangan orang-orang disekitarnya yang menampilkan ilusi bahwa ia seorang yang penting, unik dan istimewa. Dalam kadar yang berbeda, kebanggaan terhadap diri sendiri dimilk hampir semua orang. Tapi jika berlebihan, terutama kebanggan terhadap fisik (body narsis), maka sudah menjadi penyakit.
Narsis masuk dalam kategori Abnormal Psikologi. Jumlah pengidap Narsis merata di kalangan lelaki dan perempuan. Mereka umumnya sensitive dengan komentar negative orang lan tentang dirinya. Penyakit Narsis akan lebih parah jika melanda orang-orang impulsif.
Bagaimana sebenarnya ciri-ciri pengidap penyakit Narsis? Dalam diagnostics dan statistics Manual disebutkan beberapa tanda spesifik. Pengidap Narsis biasanya merasa dirinya sangat penting dan ingin sekali dikenal orang lain karena kelebihannya. Mereka sangat yakin dengan keistimewaan dan keunikan dirinya sendiri. Mereka juga selalu ingin dipuji dan diperhatikan. Karena yang dipikirkan hanya diri sendiri, pengidap penyakit itu kurang sensitive terhadap orang lain. Mereka pada dasarnya percaya kalau pikiran orang lain sama dengan dirinya.
Perasaan seperti harus dibedakan dengan rasa pD. Orang yang memiliki pD mengetahui kualitas diri sendiri, tapi tidak tegantung pada pujian orang lain untuk merasa nyaman, sertya lebih terbuka terhadap kritik dan saran. Narsis sebaliknya, mereka butuh dukungan dan perhatian serta pengakuan dari orang lain untuk menjaga self – esteem. Inilah RAHASIA TERBESAR ORANG NARSIS, jauh dalam hati mereka tersimpan jiwa yang sangat rapuh dan mereka menutupinya dengan menekankan betapa hebatnya mereka yang terbukti dari banyaknya pujian dari orang lain. Seperti tokoh Ibu tiri Putri Salju yang selalu bertanya, “Mirror… Mirror… on the wall…. Who’s the fairest of them all?”
Jadi Narsis dan pD jelas sekali bedanya.
Buat kamu ne yang merasa diri paling CuantiQ n TampaN, maka sebaiknya hati-hati.
Apalagi jika diikuti dengan tindakan senang bercermin berjam-jam mengagumi dirinya sendiri. Sebaiknya segera kunjungi psikiater pilihan anda untuk menjalani pengobatan.
Masih suka menyebut diri Narsis atau “seneng” disebut-sebut sebagai pengidap Narsis?
Gimana ni para preacher, evangelis, missioner n’ para servant of The Lord? Adakah di antara kalian yang seneng disebut Narsis? Kalo ada biarlah itu menjadi masa lalu untuk ditanggalkan, seperti kata om Paul, anggap semua itu sebagai “SAMPAH”.
Filipi 3:8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.