|
Bayi yang Tangguh :) |
Hari ini saya mengikuti Ibadah di Capel kampus, speakernya adalah Pdt. Buce Tuhummury. Sebagaimana ‘Tema’ umum Capel untuk bulan lalu dan bulan ini adalah ‘Kualifikasi Murid Kristus’, maka speaker hari ini menempatkan “Menjadi Hamba Tuhan yang Tangguh” sebagai salah satu kualifikasi murid Kristus. Nas yang diangkat terambil dari kitab Efesus 6:10 yang berbunyi “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.”
Seorang murid Kristus haruslah menajdi orang yang kuat, namun tidak sekedar kuat tetapi “Tangguh”. Tangguh berarti lebih kuat dan sangat kuat. Tangguh menjadikan seseorang sanggup menghadapi segala tantangan dalam kehidupannya, apa pun itu. Dengan kata lain, saya mengartikkan bahwa orang yang ‘tangguh’ dapat menyelesaikan semua masalah yang menimpanya dengan tetap ‘bertahan setia’ dihadapan Tuhan. Tangguh berarti tidak mudah putus asa dan patah semangat ketika berhadapan dengan segala macam tantangan . Sebagaimana yang dikatakan firman Tuhan dalam Yosua 1:7,18, ‘kuatkan dan teguhkanlah hatimu’, seseorang yang taat kepada Tuhan berarti tangguh dalam mengahadapi segala tantangan yang menerpanya. Ibarat ‘iman’ yang dia meliki dibangun di atas batu, bukan di atas pasir (Mat.7:24-27). Iman yang dibangun di atas dasar batu inilah yang menggambarkan “KETANGGUHAN” seorang hamba Tuhan.
Sermon ini tentu menyadarkan banyak di antara kalangan mahasiswa yang hadir pada ibadah ini, saya salah satunya. Kata tangguh ini menyadarkan saya akan kejadian yang menimpa saya minggu lalu ketika hendak berangkat ke luar kota. Di perjalanan saya sempat menyerempet pengendara motor dan akibatnya orang tersebut mengalami kecelakaan kecil. Entah siapa yang salah kalau kasus kecelakaan ini dibawa ke kantor Polisi, bagi saya tentu saya punya alasan sendiri untuk berkata saya tidak salah karena orang ini tiba-tiba mengambil jalur kanan di depan saya. Memang sih orang ini sudah menyalakan lampu sein motornya, namun tidak punya kaca spion pada motornya. Alasan bagi saya lagi bahwa ini jalan poros dan seharusnya dia hati-hati ketika hendak mengambil jalur lain (memang kesalahan saya adalah, yah memang saya ngebut pada saat itu kira-kira kecepatan 80 km/jam sambil ngejar pembalap di depan saya). Tapi tentu orang yang hampir saya tabrak ini punya alasannya sendiri juga untuk membenarkan diri. Tapi bukan tentang salah atau benarnya yang tiba-tiba mengingatkan saya dan menghubungkannya dengan kata ‘tangguh’.
Saya hanya teringat ketika sang ibu dari pengendara itu meminta ganti rugi karena anaknya lecet-lecet plus Blackberrynya yang rusak. Terus terang saya bilang, "masalah HP bukan dalam tanggung jawab saya ibu, itu di luar dari bagian kecelakaan. Kecuali kalau motornya yang rusak atau anak ibu yang lecet, itu baru dalam tanggung jawab saya." Tapi anehnya ini manusia jaman sekarang, mereka lebih peka terhadap kerusakan ‘barang/harta yang memiliki kualitas baik bagi dunia yang dapat mengangkat derajatnya’ daripada lukanya sendiri’. Wah siapa sih yang eg ‘kepalanya besar kalau di kampung punya BB” hehe…
Singkat cerita, saya berkata kalau gitu saya kasi uang untuk berobat aja ibu, saya hanya ada uang 50ribu (sambil merogoh dompet), mungkin ini cukup untuk berobat. Tapi yang anehnya tidak di respon juga, yah saya tidak jadi kasi kalau begitu. Ujung-ujungnya yang diminta KTP saya, pikiran saya saat itu berarti ini uang 50ribu eg cukup. Ya sudah saya titip KTP saya dan nomor HP, kali aja ada apa-apanya nanti bisa hubungi. Anehnya lagi STNK motor pun diminta, oww sorry saya masih berhikmat, lagian ini bukan kali pertama saya tabrak orang, ini mah saya tidak tabrak tapi permintaannya lebih berat hahaha. Yowes dah…….saya pamit, kalau ada apa-apa bisa hubungi saya.
Jelang beberapa hari, orang yang nyaris saya tabrak ini sms, minta ganti rugi pembeli stiker motornya yang lecet. Saya okekan nanti saya singga pas mau balik Makassar. Ini yang menjadi penting kenapa saya menghubungkannya dengan kata tangguh. Saya sempat cerita ke beberapa teman, ada teman yang bilang eg usah ambil KTPnya itu bisa dibuat kembali. Menurut saya bener juga sih, lagian kalau saya singgah, bisa jadi saya diperas sama mereka. Tetapi keinginanku untuk tetap singgah selalu ada. Teman dekatku pun sempat berkata tidak usah singgah, tapi kemudian dia berubah pikiran. Wow…ini baru , kita tidak seharusnya jadi orang yang pengecut apalagi dalam statuta hamba Tuhan.
Pada akhirya di perjalanan agak gelisah, selain mikir apa yang bakal terjadi, mikir uang di dompet juga, kalau diperas bisa habis nih….masalahnya kejadian ini saya tidak cerita kepada keluarga, jadi yah eg ada uang jaga-jaga buat ini. Ternyata pas singgah, mereka heran, mereka menyangka saya sudah kembali ke Makassar dan lari dari tanggung jawab. Mereka berkata. ‘kami kira kamu sudah kembali ke Makassar, lari dari uang stiker motor, KTP kan gampang dibuat.” Tanpa basa basi saya sampaikan kepada mereka, wah tidak akan seperti itu bu. Saya tidak suka lari dari masalah, karena tidak seperti itu yang diajarkan kepada saya. Bagaimana ada masalah selama ini? Singkatnya mereka minta uang ganti rugi stiker motor dan biaya berobat, saya kasi secukupnya, yah bisa dibilang itu lebih dari cukuplah, dan pastinya masih ada beberapa lebihnya yang bisa dipakai jajan bakso untuk berapa porsi hahaha. Tapi lewat bahasanya mereka masih kurang puas, tentu mereka masih mau minta lebih. Tapi hikmat tetap jalan, kata firman cerdik seperti ular, tulus seperti merpati. Sempat-sempatnya juga disinggungnya seperti ini, untunglah kami orang baik, coba kalau tidak, mungkin tidak akan semudah ini prosesnya. Dalam hati saya, wah ini yang namanya baik?????? Dalam ajaran Yesus itu yang baik itu adalah mengampuni sesama kita yang bersalah sama kita. Mengampuni tentu bukan dengan cara seperti ini, dan perbuatan yang layak dikatakan baik ‘bukanlah cara seperti ini’. Yah sudah saya tambahin aja dari stagmennya ibu ini seperti kata saya berikut, ‘yah begitulah bu, namanya kita umat beragama harus saling mengampuni dan mengasihi karena itulah yang diajarkan kepada kita,’ hahaha
Mungkin karena di KTP saya tertera orang Kristen, makanya sempat ditanya beberapa hal yang menyangkut asal dan di mana pendidikan saya. Yah intinya saya tetap bersikap ramah dan intinya saya tulus memberikan apa yang seperlunya. Saya terlepas dari ‘pemerasan’ dan mereka terlepas dari sikap yang berttindak memeras.
Apa yang dapat saya hubungkan dengan sikap “Tangguh yang menjadi salah satu Kualifikasi Murid Kristus?”
Saya belajar beberapa hal dibawah ini berkenaan dengan peristiwa yang terjadi yang membuat saya bisa berkata “Saya pun bisa menjadi Hamba Tuhan yang Tangguh:
1. Saya belajar bertanggungjawab dari hal yang sebagian orang menganggap ini hal kecil dan kita dapat lari darinya (terus terang saya bisa lari dari hal ini, KTP mah gampang dibuat, lagian mana mungkin mereka bisa temukan saya, saya udah pindah alamat bukan alamat yang ada di KTP itu lagi dan juga KTP itu masa berlakunya tinggal setahun). Tapi ketika hal ini terlewati dan diselesaikan baik-baik, ada sukacita sendiri yang kita peroleh.
2. Saya belajar untuk tidak menjadi seorang pengecut. Banyak orang yang kelihatan hebat, dihargai dan sebagainya, tetapi kadang bersikap pengecut dan menjadi seorang pecundang dalam hal yang kecil.
3. Saya belajar memakai hikmat Allah dalam menghadapi suatu kesulitan. Dalam memakai hikmat, kita perlu cerdik dan selalu tulus dalam menghadapinya.
4. Saya belajar menjadi orang Kristen yang baik dan menunjukkan kualitas seorang hamba Tuhan. Hamba Tuhan sama dengan Hamba Kebenaran, Hamba kebenaran berarti seorang hamba yang hidup dalam melakukan hal-hal yang benar. Berbicara Hamba Tuhan itu tidak mengarah kepada seorang Pendeta, karena banyak pendeta yang tidak pantas disebut hamba Tuhan, alasannya tentu karena mereka tidak melakukan kebenaran. Hamba Kebenaran itu berarti orang yang melakukan kebenaran yang seharusnya dilakukan.
5. Saya Belajar bersukacita karena melakukan kehendak Allah.
6. Dan saya belajar membagikan sebuah berkat yang tak ternilai harganya bagi Saudara yang ingin diberkati Tuhan.
Satu hal yang perlu diingat bahwa ukuran ketangguhan seseorang, tidak diukur berdasarkan ukuran fisik seseorang yang kelihatan kuat (postur tubuh yang sehat dan terlihat kuat), tapi dari segi kemampuannya bertahan dalam setiap menghadapi tantangan. Be a Persistent!