Selasa, 24 April 2012

KEMURAHAN DAN KEBAIKAN


Pohon yang Subur menghasilkan buah yang banyak
Kemurahan dan Kebaikan adalah dua buah aspek dari buah Roh dalam Galatia 5:22. Arti dalam tindakan dari keduanya hampir sama. Kebaikan berarti ada kemurahan hati, kemurahan berarti melakukan suatu kebaikan. Namun dalam penggunaannya dalam bahasa Yunani, kedua kata benda ini memiliki arti yang berbeda. Kemurahan (crhsto,thj = khrestotes) berarti kemurahan yang penuh kebaikan. Sedangkan kata Kebaikan Paulus menggunakan kata avgaqwsu,nh( = agathosune” yang berarti kebaikan dalam pengertian sangat luas, yaitu kebajikan yang tersedia dalam segala perkara. Kata agathosune adalah istilah khusus dalam Alkitab yang tidak terdapat dalam bahasa Yunani sehari-hari dan dipakai juga dalam Rm. 15:14; Ef. 5:9; 2 Tes. 1:11.  
            Dalam pemakaiannya, kata benda kemurahan hanya berarti menolong. Jadi ketika kita menolong sesama kita yang membutuhkan, kita perlu untuk menerapkan khrestotes itu dengan penuh kemurahan hati yang tulus dan ikhlas. Sedangkan agathosune suatu kebaikan yang dilakukan dengan tujuan supaya hal yang rusak menjadi baik kembali. Artinya dalam bertindak, agathosune ini perlu unsur marah dan disiplin. Satu hal yang perlu diingat bahwa ‘marah’ bukanlah suatu hal yang membuat orang berdosa, namun marah akan menjadi dosa ketika itu menjadi amarah yang meluap-luap dan dapat menimbulkan emosi yang berlebihan dalam diri seseorang.
            Yesus menunjukkan agathosune ketika Ia mengadakan pembersihan di Bait Allah serta mengusir mereka yang menjadikan tempat itu tempat perdagangan (Mat. 21:12-13; Mrk. 11:15-19; Luk. 19:45-48; Yoh. 2:13-16), tetapi Ia menunjukkan khrestotes ketika perempuan berdosa itu meminyaki kaki-Nya (luk. 7:38). Ini memberi kita perenungan bahwa penting untuk bersikap tegas dalam setiap tindakan kebaikan yang kita lakukan. Tentu dengan tujuan untuk membuat hal yang salah, rusak, dan yang tidak baik untuk menjadi baik kembali. Itulah makna dari kata agathosune. Sedangkan kita juga perlu merenungkan bahwa kita perlu untuk bermurah hati dalam menerima dan menolong setiap sesama kita yang membutuhkan. Dalam konteks pengampunan kita perlu bermurah hati melepaskan pengampunan. Bermurah hati terhadap mereka yang bersalah kepada kita berarti kita menolong mereka dalam melepaskan pengampunan yang mereka perlu untuk terima.

Minggu, 22 April 2012

Mission Trip YPRM "BERMITRA DALAM KASIH"


BERMITRA DALAM KASIH…….Itulah tema perjalanan Misi dari YPRM pada tanggal 3-8 April 2012 di Mamuju, Sulawesi Barat, tepatnya di sebuah desa yang bernama desa Keang. Mission Trip yang diadakan oleh YPRM ini bertujuan sama seperti tema yang diusung dalam pelayanan misi kali ini. YPRM bermitra dengan gereja-gereja setempat yang ada di sekitar desa ini dalam rangka merayakan hari PASKAH bersama.
Perjalanan ke Keang
Pelayanan lewat perjalanan misi kali ini untuk menikmati perayaan PASKAH bersama dengan jemaat Tuhan yang ada di desa ini, YPRM mengadakan beberapa bentuk pelayanan, seperti Pelatihan Guru Sekolah Minggu, EE KIDS dan Seminar tentang PASKAH. Selain itu, YPRM juga mengadakan lomba CCA antar anak Sekolah Minggu dan Remaja, Nonton Bareng di dalam gedung Gereja. GKSS (Gereja Kristen Sulawesi Selatan) Jemaat Keang menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan semua acara ini. Beberapa denominasi Gereja yang ada seperti GKSB (Gereja Kristen Sulawesi Barat), GTM Gereja Toraja Mamasa) dan Gereja Petra ada dalam lingkup desa ini. Lewat pelayanan ini, YPRM menjadi mitra kasih dalam penyelenggaraan pelayanan misi ini.
Berbicara mengenai sebuah desa, kebanyakan kita berpikir bahwa semangat iman jemaat Tuhan di desa-desa kecil atau pun terpencil masih redup. Namun lain halnya yang kami dapatkan di sana, semangat dan rasa antusias dari jemaat Tuhan begitu tinggi. Sehingga yang terjadi bukan hanya kami yang melayani tetapi kami pun dilayani dengan baik, saling melayani, itulah keindahan dari kehidupan persekutuan orang percaya.
Direktur Utama YPRM, Pdt. Armin Sukri Kanna, Th.M. terjun langsung dalam semua bentuk pelayanan yang diadakan, sebuah penghargaan bagi seorang Pemimpin yang patut diancungi jempol. Rombongan Mission Trip yang terdiri dari staff YPRM sendiri diantaranya, Syamsuddin Haris, S.Th., Noverawati, Louis Lahtang, S.Th., Marthin C. Sau dan juga mahasiswa tingkat akhir dari STT Jaffray Makassar yang disponsori study di STTJ Makassar lewat YPRM, yaitu Sri Ervina Toba, Vemy Grace, Lya Pakiding dan Agustinus Patang bersama-sama menikmati pelayanan yang sungguh luar biasa yang dipercayakan bagi mereka.
Pelayanan Anak dan Remaja
Sebuah perjalanan Misi yang tidak hanya sekedar berkesan bagi para pelayan yang sudah terlibat dalam perjalanan misi pelayanan, namun membawa begitu besar harapan bagi jemaat-jemaat Tuhan di sana. Mereka tidak hanya sekedar antusias dan bersyukur memiliki iman kepada Tuhan, namun karena mereka merasa diperdulikan oleh orang-orang yang mengasihi mereka. Itulah bukti cinta kasih yang Tuhan Yesus ajarkan bagi setiap orang peracya, yakni mengasihi sesama kita, terutama saudara-saudara seiman kita yang membutuhkan untuk dijangkau dalam pelayanan rohani maupun secara jasmani.
Lewat pelayanan perjalanan Misi YPRM kali ini, harapan besar kami tentu menantang saudara-saudara seiman untuk mau menjadi bagian dalam pelayanan Tuhan di bumi ini. Perjalanan Misi, menyadarkan kita akan Kasih yang tulus yang dibutuhkan oleh saudara-saudara kita yang masih hidup jauh dari kehidupan yang layak untuk mereka nikmati. Semoga artikel ini memberkati saudara dan menantang iman saudara. Gbu

Rabu, 18 April 2012

"Tangguh" adalah Salah Satu Kualifikasi Murid Kristus

Bayi yang Tangguh :)
Hari ini saya mengikuti Ibadah di Capel kampus, speakernya adalah Pdt. Buce Tuhummury. Sebagaimana ‘Tema’ umum Capel untuk bulan lalu dan bulan ini adalah ‘Kualifikasi Murid Kristus’, maka speaker hari ini menempatkan “Menjadi Hamba Tuhan yang Tangguh” sebagai salah satu kualifikasi murid Kristus. Nas yang diangkat terambil dari kitab Efesus 6:10 yang berbunyiAkhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.”
Seorang murid Kristus haruslah menajdi orang yang kuat, namun tidak sekedar kuat tetapi “Tangguh”. Tangguh berarti lebih kuat dan sangat kuat. Tangguh menjadikan seseorang sanggup menghadapi segala tantangan dalam kehidupannya, apa pun itu. Dengan kata lain, saya mengartikkan bahwa orang yang ‘tangguh’ dapat menyelesaikan semua masalah yang menimpanya dengan tetap ‘bertahan setia’ dihadapan Tuhan. Tangguh berarti tidak mudah putus asa dan patah semangat ketika berhadapan dengan segala macam tantangan . Sebagaimana yang dikatakan firman Tuhan dalam Yosua 1:7,18, ‘kuatkan dan teguhkanlah hatimu’, seseorang yang taat kepada Tuhan berarti tangguh dalam mengahadapi segala tantangan yang menerpanya. Ibarat ‘iman’ yang dia meliki dibangun di atas batu, bukan di atas pasir (Mat.7:24-27). Iman yang dibangun di atas dasar batu inilah yang menggambarkan “KETANGGUHAN” seorang hamba Tuhan.
Sermon ini tentu menyadarkan banyak di antara kalangan mahasiswa yang hadir pada ibadah ini, saya salah satunya. Kata tangguh ini menyadarkan saya akan kejadian yang menimpa saya minggu lalu ketika hendak berangkat ke luar kota. Di perjalanan saya sempat menyerempet pengendara motor dan akibatnya orang tersebut mengalami kecelakaan kecil. Entah siapa yang salah kalau kasus kecelakaan ini dibawa ke kantor Polisi, bagi saya tentu saya punya alasan sendiri untuk berkata saya tidak salah karena orang ini tiba-tiba mengambil jalur kanan di depan saya. Memang sih orang ini sudah menyalakan lampu sein motornya, namun tidak punya kaca spion pada motornya. Alasan bagi saya lagi bahwa ini jalan poros dan seharusnya dia hati-hati ketika hendak mengambil jalur lain (memang kesalahan saya adalah, yah memang saya ngebut pada saat itu kira-kira kecepatan 80 km/jam sambil ngejar pembalap di depan saya). Tapi tentu orang yang hampir saya tabrak ini punya alasannya sendiri juga untuk membenarkan diri. Tapi bukan tentang salah atau benarnya yang tiba-tiba mengingatkan saya dan menghubungkannya dengan kata ‘tangguh’.
Saya hanya teringat ketika sang ibu dari pengendara itu meminta ganti rugi karena anaknya lecet-lecet plus Blackberrynya yang rusak. Terus terang saya bilang, "masalah HP bukan dalam tanggung jawab saya ibu, itu di luar dari bagian kecelakaan. Kecuali kalau motornya yang rusak atau anak ibu yang lecet, itu baru dalam tanggung jawab saya." Tapi anehnya ini manusia jaman sekarang, mereka lebih peka terhadap kerusakan ‘barang/harta yang memiliki kualitas baik bagi dunia yang dapat mengangkat derajatnya’ daripada lukanya sendiri’. Wah siapa sih yang eg ‘kepalanya besar kalau di kampung punya BB” hehe…
Singkat cerita, saya berkata kalau gitu saya kasi uang untuk berobat aja ibu, saya hanya ada uang 50ribu (sambil merogoh dompet), mungkin ini cukup untuk berobat. Tapi yang anehnya tidak di respon juga, yah saya tidak jadi kasi kalau begitu. Ujung-ujungnya yang diminta KTP saya, pikiran saya saat itu berarti ini uang 50ribu eg cukup. Ya sudah saya titip KTP saya dan nomor HP, kali aja ada apa-apanya nanti bisa hubungi. Anehnya lagi STNK motor pun diminta, oww sorry saya masih berhikmat, lagian ini bukan kali pertama saya tabrak orang, ini mah saya tidak tabrak tapi permintaannya lebih berat hahaha. Yowes dah…….saya pamit, kalau ada apa-apa bisa hubungi saya.
Jelang beberapa hari, orang yang nyaris saya tabrak ini sms, minta ganti rugi pembeli stiker motornya yang lecet. Saya okekan nanti saya singga pas mau balik Makassar. Ini yang menjadi penting kenapa saya menghubungkannya dengan kata tangguh. Saya sempat cerita ke beberapa teman, ada teman yang bilang eg usah ambil KTPnya itu bisa dibuat kembali. Menurut saya bener juga sih, lagian kalau saya singgah, bisa jadi saya diperas sama mereka. Tetapi keinginanku untuk tetap singgah selalu ada. Teman dekatku pun sempat berkata tidak usah singgah, tapi kemudian dia berubah pikiran. Wow…ini baru , kita tidak seharusnya jadi orang yang pengecut apalagi dalam statuta hamba Tuhan.
Pada akhirya di perjalanan agak gelisah, selain mikir apa yang bakal terjadi, mikir uang di dompet juga, kalau diperas bisa habis nih….masalahnya kejadian ini saya tidak cerita kepada keluarga, jadi yah eg ada uang jaga-jaga buat ini. Ternyata pas singgah, mereka heran, mereka menyangka saya sudah kembali ke Makassar dan lari dari tanggung jawab. Mereka berkata. ‘kami kira kamu sudah kembali ke Makassar, lari dari uang stiker motor, KTP kan gampang dibuat.” Tanpa basa basi saya sampaikan kepada mereka, wah tidak akan seperti itu bu. Saya tidak suka lari dari masalah, karena tidak seperti itu yang diajarkan kepada saya. Bagaimana ada masalah selama ini? Singkatnya mereka minta uang ganti rugi stiker motor dan biaya berobat, saya kasi secukupnya, yah bisa dibilang itu lebih dari cukuplah, dan pastinya masih ada beberapa lebihnya yang bisa dipakai jajan bakso untuk berapa porsi hahaha. Tapi lewat bahasanya mereka masih kurang puas, tentu mereka masih mau minta lebih. Tapi hikmat tetap jalan, kata firman cerdik seperti ular, tulus seperti merpati. Sempat-sempatnya juga disinggungnya seperti ini, untunglah kami orang baik, coba kalau tidak, mungkin tidak akan semudah ini prosesnya. Dalam hati saya, wah ini yang namanya baik?????? Dalam ajaran Yesus itu yang baik itu adalah mengampuni sesama kita yang bersalah sama kita. Mengampuni tentu bukan dengan cara seperti ini, dan perbuatan yang layak dikatakan baik ‘bukanlah cara seperti ini’. Yah sudah saya tambahin aja dari stagmennya ibu ini seperti kata saya berikut, ‘yah begitulah bu, namanya kita umat beragama harus saling mengampuni dan mengasihi karena itulah yang diajarkan kepada kita,’ hahaha
Mungkin karena di KTP saya tertera orang Kristen, makanya sempat ditanya beberapa hal yang menyangkut asal dan di mana pendidikan saya. Yah intinya saya tetap bersikap ramah dan intinya saya tulus memberikan apa yang seperlunya. Saya terlepas dari ‘pemerasan’ dan mereka terlepas dari sikap yang berttindak memeras.
Apa yang dapat saya hubungkan dengan sikap “Tangguh yang menjadi salah satu Kualifikasi Murid Kristus?”
Saya belajar beberapa hal dibawah ini berkenaan dengan peristiwa yang terjadi yang membuat saya bisa berkata “Saya pun bisa menjadi Hamba Tuhan yang Tangguh:
1.  Saya belajar bertanggungjawab dari hal yang sebagian orang menganggap ini hal kecil dan kita dapat lari darinya (terus terang saya bisa lari dari hal ini, KTP mah gampang dibuat, lagian mana mungkin mereka bisa temukan saya, saya udah pindah alamat bukan alamat yang ada di KTP itu lagi dan juga KTP itu masa berlakunya tinggal setahun). Tapi ketika hal ini terlewati dan diselesaikan baik-baik, ada sukacita sendiri yang kita peroleh.
2.  Saya belajar untuk tidak menjadi seorang pengecut. Banyak orang yang kelihatan hebat, dihargai dan sebagainya, tetapi kadang bersikap pengecut dan menjadi seorang pecundang dalam hal yang kecil.
3.  Saya belajar memakai hikmat Allah dalam menghadapi suatu kesulitan. Dalam memakai hikmat, kita perlu cerdik dan selalu tulus dalam menghadapinya.
4.  Saya belajar menjadi orang Kristen yang baik dan menunjukkan kualitas seorang hamba Tuhan. Hamba Tuhan sama dengan Hamba Kebenaran, Hamba kebenaran berarti seorang hamba yang hidup dalam melakukan hal-hal yang benar. Berbicara Hamba Tuhan itu tidak mengarah kepada seorang Pendeta, karena banyak pendeta yang tidak pantas disebut hamba Tuhan, alasannya tentu karena mereka tidak melakukan kebenaran. Hamba Kebenaran itu berarti orang yang melakukan kebenaran yang seharusnya dilakukan.
5.   Saya Belajar bersukacita karena melakukan kehendak Allah.
6. Dan saya belajar membagikan sebuah berkat yang tak ternilai harganya bagi Saudara yang ingin diberkati Tuhan.

Satu hal yang perlu diingat bahwa ukuran ketangguhan seseorang, tidak diukur berdasarkan ukuran fisik seseorang yang kelihatan kuat (postur tubuh yang sehat dan terlihat kuat), tapi dari segi kemampuannya bertahan dalam setiap menghadapi tantangan. Be a Persistent!