Kamis, 30 Agustus 2012

"YESUS MENEBUS DOSA" ATAU "MENEBUS MANUSIA DARI DOSA"?


          Banyak hal yang dapat membingungkan orang percaya dalam hal berteologi.  Apalagi kalau mereka pernah mendengar tentang sebuah topik yang sama namun berbeda pemahaman ataupun penyampaiannya dari beberapa hamba Tuhan, khususnya Preacher (Pengkhotbah) di gereja. Mungkin di gereja A mereka mendengar tentang Z, tetapi di gereja B mereka mendengar  tentang X padahal topik pembahasannya sama dan dalam Nas yang sama pula. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa banyak buku-buku tafsiran yang memiliki tafsiran yang berbeda-beda tentang sebuah poko bahasan, tetapi salah satu cara termudah (meskipun tidak dapat dipastikan kebenarannya secara mutlak) untuk memahami tafsiran yang sesuai dengan konteks nas yang dibahas adalah memilih beberapa buku tafsiran yang lebih banyak memiliki tafsiran yang sama.
          Sebuah topik yang kadang menjadi hal yang membingungkan orang percaya adalah “Yesus Menebus Dosa Manusia atau Yesus Menebus Manusia dari Dosa.” Tentu bukan hanya orang percaya di luar sana yang kadang mendengar hal ini dan mungkin membingungkan pemahaman mereka, saya juga kadang mendengar kedua hal di atas kadang disampaikan berbeda di mimbar-mimbar ibadah oleh Preacher yang berbeda juga. Namun yang mengkuatirkan bagi saya, ada juga preacher yang tidak konsisten dan kadang memakai kedua istilah tersebut secara bergantian (mungkin masih dimaklumi kalau mereka tidak berlatar belakang pendidikan Teologi, tapi tetap saja tidak sepatutnya), entah sadar atau tidak, entah mereka paham atau tidak, tentu mereka perlu mempersiapkan khotbah mereka dengan baik, kalau perlu menyediakan waktunya untuk menggali nas yang akan dikhotbahkan minimal seminggu sebelum disampaikan, karena khotbah bukanlah sebuah Pidato ataupun Ceramah yang di dalamnya adalah opini kita dan kita punya hak untuk mempertahankannya, tetapi firman Allah adalah kebenaran yang tidak boleh disampaikan berdasarkan pandangan kita semata, tetapi firman Allah harus disampaiakan sesuai dengan apa yang firman itu maksudkan, bukan memasukkan gagasan/ide kita secara pribadi, makanya ada yang namanya ilmu eksegesis (eksegese). Firman Allah perlu dieksegesis sebelum disampaikan supaya benar-benar pesan dari nas yang akan disampaikan itu yang kita renungkan dan aplikasikan. Bahkan bukan hanya pada penyampaian firman atau yang ada terdapat  di buku-buku, tetapi lagu-lagu kontemporer sekarang pun banyak yang mengalami kesalahan pada liriknya, kurang konsisten dalam liriknya, karena kurang memahami tentang topik ini. Sekarang yang menjadi pertanyaan kita, apakah Yesus menebus dosa kita yang benar atau Yesus menebus kita dari dosa?
          Sebelum lebih jauh saya membahas adanya perbedaan makna dari kedua hal pokok ini dan hanya satu yang memiliki makna kebenaran dan yang lainnya tentu dalam kesalahan pengertian dalam terjemahan atau pemahaman, saya memberikan beberapa perbandingan ayat dibawah ini mengenai kata kerja “menebus” dalam PB, tentu akan membawa pemahaman kita pada dua hal ini, menebus kita atau menebus dosa/pelanggaran kita?
Kata “Menebus” dalam PB (Eksegesis):
·        I Korintus  1:30 Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. (ITB)
Bahasa Yunani yang dipakai untuk kata menebus dalam ayat ini adalah avpolu,trwsij (apolutrosis) dalam bentuk noun, nominative, feminine, and singular yang berarti release, redemption (buying back’), deliverance, acquittal, ransoming yang dalam bahasa Indonesia bearti membebaskan, penebusan (membeli kembali), pembebasan, vonis bebas, menebus. Perhatikan, pemakaian kata Yunani di atas bukan dalam bentuk kata kerja (verb) tetapi dalam bentuk kata benda (noun), jadi lebih tepat kalau diterjemahkan atau dikatakan ‘penebusan’(Inggrisnya (KJV): redemptionbuying back’), bukan ‘menebus’ (inggrisnya: redeem, release, or ransom).
·        Galatia  3:13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat…….
·        Galatia  4:5 Ia diutus untuk menebus mereka,……
          Bahasa Yunani yang dipakai untuk kata menebus dalam kedua ayat ini adalah  evxhgo,rasen (exegorasen) ‘Gal.3:13’ dalam bentuk verb, indicative, aorist, active, 3rd person, and singular dari kata evxagora,zw (exagoraso) dan  evxagora,sh| (exagorase) ‘Gal.4:5’ dalam bentuk verb, subjunctive, aorist, active, 3rd person, and singular dari kata evxagora,zw).  
evxagora,zw merupakan penggabungan kata dari ἐξ (ex) ‘from, out’ dan ἀγοράzω  (agoraso) yang berarti ‘(by implication) to purchase; specifically to redeem, buy, redeem yang dalam bahasa Indonesia berarti (dengan implikasi) untuk membeli, khusus untuk menebus, beli, menebus.’ evxagora,zw  kemudian berarti ‘to buy up, ransom; figuratively to rescue from loss, redeem.’(untuk membeli, tebusan, kiasan untuk menyelamatkan dari kerugian, menebus.'
·        II Petrus  2:1 …………bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka………
          Dalam ayat ini kata Yunani yang diapakai adalah avgora,santa (agorasanta) dalam bentuk verb, participle, aorist, active, accusative, masculine, and singular dari kata avgora,zw (agoraso). Dalam II Pet. 2:1 memiliki makna yang sama dalam penggunaan kata ‘menebus di dalam surat Galatia.
·        Ibrani  9:15 …….sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama……
Dalam surat Ibrani kata Yunani untuk ‘menebus’ adalah polu,trwsin (polutrosin) dalam bentuk noun, accusative, feminine, and singular dari kata  avpolu,trwsij (apolutrosin). Penggunaan kata ini sama dengan yang dipakai di dalam I Kor.1:30 di atas. Jadi, dalam terjemahannya seharusnya yang digunakan adalah ‘redemption’ atau penebusan.

Catatan Penting:
          Ayat dalam Ibrani inilah yang sering mengeco para pemabacanya dan mungkin sedikit memberi pertahanan bagi mereka yang berpandangan pada kalimat “Yesus menebus dosa kita’, karena dalam versi Terjemahan Baru (TB) dikatakan “Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran….” Kata ‘pelanggaran’ sendiri di sini mengacu atau sama artinya dengan perbuatan ‘dosa’ mereka (manusia). Jadi, dapat disimpulkan bahwa terjemahan ini memberikan pengertian “Yesus menebus dosa manusia”, tentu bagi sebagian orang yang kurang memahaminya menganggap hal ini sepertinya benar juga karena ada ayatnya yang mengatakan demikian di dalam Ibrani 9:15. Sedangkan ayat di dalam I Kor. 1:30 tidak menjadi masalah karena objeknya menunjuk kepada ‘kita’ atau mewakili ‘manusia’. Dalam surat Galatia dan II Petrus pun tidak menjadi masalah, karena penggunaan kata kerja (verb) diikuti oleh objek manusia (mereka dan kita), bukan dosa. (Satu hal lagi yang penting dan berkaitan dengan topik utama pembahasan bahwa kata kerja dalam Galatia dan II Petrus untuk kata ‘menebus’ adalah dalam bentuk orang 3rd singular, itu menunjuk kepada Yesus sendiri sebagai penebus yang tunggal bagi manusia, tidak ada yang lain).
          Supaya tidak tersesat dalam ayat ini, sebaiknya perlu untuk memahami juga arti kata “menebus” dalam bahasa Indonesia itu apa.
Sedikit pengertian dari Kamus bahasa Indonesia yang cukup jelas.
Beberapa pengertian ‘tebus’ (menebus) dalam kamus bahasa Indonesia adalah membayar dengan uang untuk mengambil kembali barang yg tergadai, menyelamatkan (jiwa, hidup) orang lain, memperoleh sesuatu dengan pengorbanan (jiwa, harta, benda).
          Dari pengertian di atas, kita dapat memberi perbadingan antara menebus barang yang digadaikan atau yang ada pihak lain dengan berkata “Yesus membayar dengan darah-Nya untuk mengambil kita yang ada dalam kuasa dosa lewat pengorbanan-Nya. Boleh dikatakan bahwa kitalah yang tergadaikan, bukan dosa. Karena kita yang tergadaikan maka kita yang perlu untuk ditebus, bukan dosa kita yang ditebus.
          Mungkin akan timbul sanggahan bahwa kita sebenarnya tidak tergadaikan. Benar, kita memang tidak tergadaikan, ini hanya penggambaran, tetapi yang benar adalah kita dikuasai oleh dosa (Iblis). Oleh karena itu, kita perlu untuk ditebus agar terlepas dari kuasa dosa.
Jadi, tanpa panjang lebar dapat disimpulkan bahwa ketika Allah menebus manusia melalui kematian Yesus di kayu salib, sebenarnya Allah sedang melakukan karya-Nya itu dengan cara “Menebus Manusia dari Dosa” bukan “Menebus Dosa Manusia” di dunia. Sebagaiamana pemilik barang gadaian menebus barangnya kepunyaannya, demikianlah Yesus menebus kita sebagai miliknya dari kuasa dosa yang mengikat yang berupahkan maut (Rom. 6:23). Sebab kitalah yang perlu ditebus, bukan dosa.
Saya rasa tidak ada lagi yang membingunkan dan anda akan selalu siap untuk berkata “Yesus Menebus Kita dari Dosa” dan tidak pernah lagi berkata “Yesus Menebus Dosa Kita.”
 
Redemption of Christ for you and me.
Penebusn itu untuk Anda dan Saya.

Beberapa Referensi ayat tentang “penebusan, ditebus, dan tebusan dalam PB.
Penebusan
·        Roma  3:24 ……dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
·        Roma  11:26 ……"Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub.
·        Efesus  1:7 Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa,……
·        Efesus  1:14 …….. yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah,……
·        Kolose  1:14 di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa.
Ditebus
·        I Petrus  1:18 …… kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu……
·        Wahyu  14:3 ……. seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
·        Wahyu  14:4 …….Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah….
Tebusan
·        Matius  20:28 (Markus  10:45) sama seperti Anak Manusia … menjadi tebusan bagi banyak orang."
·        I Timotius  2:6 ….menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia…..

Rabu, 15 Agustus 2012

Bisakah Rp. 7.000,- Menjadi Rp. 700.000,? Mustahil?



Pernahkah Anda memikirkan dan terkagum-kagum pada mujizat yang dilakukan oleh Yesus bagaimana 5 roti dan 2 ikan dapat memberi makan 5.000 orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak-anak? Bahkan dari 5 roti tersebut dapat menyisahkan 12 bakul penuh? Ya, itu memang mujizat yang luar biasa, bagi Pencipta tidak ada yang mustahil untuk Dia lakukan. Banyak orang yang tidak punya dasar untuk dipertanggungjawabkan menganggap hal ini hanya sebagai ‘cerita dongeng’, cerita hiperbola, cerita fiksi, dan opini yang lainnya yang tidak mempercayai keajaiban dari pekerjaan Yesus. Tapi apapun itu, Alkitab sendiri sebagai sebuah buku yang bukan sekedar buku biasa, namun merupakan buku/kitab yang berisi firman Allah yang tidak pernah tergantikan dan dibatasi oleh zaman di dunia ini. Keempat penulis Injil pun sama-sama memaparkan mujizat yang dilakukan oleh Yesus dalam tulisan mereka (Mat 14:19; Mr 6:34-44; Luk 9:10-17; Yoh 6:1-14). Saya rasa ini sudah cukup membrikan bukti yang kuat bahwa ini adalah sebuah mujizat yang benar-benar terjadi.
Namun bukan mujizat yang dilakukan oleh Yesus pada konteks masa pelayanannya yang akan dibahas dalam artikel ini, namun tidak terlepas dari hal tersebut dan yang menjadi pertanyaan apakah mujizat yang demikian masih terjadi dalam kehidupan orang percaya saat ini? Masih relevankah mujizat di masa sekarang? Terlepas dari pro dan kontra tentang pandangan ini dari  para Teolog, namun satu hal yang saya ingin bagikan bahwa Mujizat Masih Terjadi dan akan Terus Terjadi dalam Kehidupan orang yang Percaya kepada Allah sampai pada saatnya Allah mengakhiri segala kehidupan di dunia ini.
Saya memiliki seorang teman baik dan cukup akrab. Latar belakang kehidupannya yang cukup membuat saya tersentuh dan cukup prihatin akan keadaannya. Masih kecil telah ditinggalkan oleh ibunya dan hidup dengan ayahnya. Semakin bertumbuh dewasa semakin memori otaknya dipenuhi dengan tindakan kejahtan yang akan dilakukannya, tentu ini karena hasutan dari beberapa keluarganya yang menceritakan kejelekan ibunya yang telah meninggalkannya. Sampai suatu hari dia didorong oleh keluarganya untuk masuk dunia militer, harapan keluarganya adalah supaya dia nantinya bisa membalas kejahatan ibunya. Dia pun semakin tertarik dan usaha balas dendam itu pun menguasi pikirannya. Sampai pada waktu ayahnya meninggalkan, semakin kuat hal itu mengusai pikirannya. Sehingga dia bertumbuh menjadi anak yang keras (dalam hal ini tingkat emosionalnya yang susah untuk dia kendalikan) dan sulit untuk mengatakan ini dan itu pada dirinya.
Namun satu hal yang sungguh saya syukuri dan sungguh saya kagum akan lawatan Allah dalam hidupnya, dia tetap berpegang pada imannya, meskipun adiknya dan keluarganya kembali pada keyakinan mereka yang semula. Tuhan kini menangkap dia yang sempat terlantar dalam dunia ini. Dia kini bekerja di sebuah lembaga pelayanan Kristen dan kini sudah memasuki semester ketiga di sebuah Sekolah Teologi yang ada di Makassar.
Inilah penggalan cerita yang merupakan sebagian dari kesaksian hidupnya akan kebaikan Tuhan dalam kehidupannya:
Dia bekerja di sebuah lembaga dalam beberapa waktu dengan gaji yang tidak lebih dari Rp. 150.000,/bulan. Kemudian dia dijanjikan untuk melanjutkan sekolahnya oleh pemimpin lembaga tersebut. Suatu hari karena dia tidak jadi untuk disekolahkan oleh sebuah lembaga karena ada hal yang terjadi dan tidak sesuai dengan apa yang telah dijanjikannya, akhirnya dia memutuskan untuk keluar dan mencari pekerjaan lain. Dia pun diterima sebagai sales salah satu perusahaan yang ada di Makassar, namun dia harus tugas di luar daerah. Sebagai seorang sales tentu dia harus kejar target pemasaran dan harus menghadapi berbagai tantangan dari para konsumen. Dia bersyukur dapat mendapatkan pekerjaan, namun pekerjaan ini cukup menguras dompetnya yang kini isinya pas-pasan untuk biaya sehari-hari, gajian masih lama.
Suatu ketika, seorang pemimpin sebuah lembaga/yayasan Kristen (saat ini) menghubungi dia. Pemimpin ini pun menawarkan dia untuk join di sebuah lembaga yang akan segera dipimpinnya. Namun dia sudah terlanjur bekerja, tapi sang pemimpin memberikan ruang untuk dia berpikir dan memilih serta memutuskannya dengan baik. Semua tergantung pada kepeutusan dia. Akhirnya dia memutuskan untuk join, karena memang dia sudah kenal baik bapak tersebut. Akhirnya lewat komunikasi via telepon dia diminta untuk bisa menjadi pengawas dalam pembangunan gedung kantor yayasan yang segera akan dibangun.
Tentunya hal ini memberikan harapan yang besar bagi dia, tapi jarak antara tempat indekosnya dan lokasi yang akan dia tinggal sebagai pengawas cukup jauh.  Inilah yang menjadi masalahnya, uang didompet tinggal Rp. 7.000,. pertama-tama dia harus kerumah temannya dan tentu ongkos dari Rp. 7.000, tersebut akan berkurang. Waktu dia akan menuju ke lokasi tersebut, uangnya sisa Rp. 3.000, dan itu adalah uang pas untuk menuju ke lokasi. Namun untuk mendapatkan angkot yang menuju ke sana, harus disebuah jalur angkot yang khsus trek ke lokasi tersebut. Masalahnya, itu masih jauh dari tempat di mana dia saat itu. Dengan terpaksa dia harus memutar otak, akhirnya dia putuskan untuk berjalan kaki yang kira-kira berjarak 3 kilo untuk mendapatkan angkot yang trek ke lokasi tujuan. Dan akhirnya singkat cerita sampailah dia ke tujuan. Kemudian dia pun bertemu dengan bapak tersebut dan dia diminta untuk tinggal di sebuah rumah kecil yang ada di dalam lokasi. Bapak itu kemudian bertanya sama dia, karena sama sekali dia tidak membawa apa-apa. Saat itu juga bapak tersebut meminta dia untuk mengambil pakaiannya di tempat kosnya, itu artinya dia harus kembali lagi dengan membutuhkan ongkos. Tapi uang Rp. 3.000, adalah unag terakhirnya yang telah dipakainya untuk ongkos ke lokasi dan sama sekali sesen pun sekarang dia tidak punya. Tanpa menunggu jawaban dari ‘anak’ ini, bapak ini melanjutkan ucapannya untuk supaya dia naik taksi saja.
Dengan rasa berat juga dia sampaikan kepada bapak tersebut, “tidak usah pak, kalau boleh saya pakai motorya ibu saja.” Akhirnya dia pun berangkat dan kembali dengan sukacita. Yang menjadi luar biasanya adalah, mujizat yang pernah dilakukan Yesus tentang 5 roti dan 2 ikan terjadi dalam hidupnya. Beberapa hari kemudian dia mendapatkan gaji Rp. 700.000,-. Harapan yang semulanya hampir pupus kini telah kembali. Dari Rp. 7.000, menjadi Rp. 700.000,. Dalam Alkitab angka tujuh memang adalah angka yang ‘sempurna’. Saya rasa kesaksiannya ini adalah kesaksian yang sungguh sempurna dapat memberkati orang-orang untuk tidak meragukan Tuhan dalam hidupnya. (Tentu angka 7 ini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang menghubungkan angka-angka seperti kebanyakan orang yang percaya akan mitos demikian, namun ini hanya penjelasan akan keberadaan angka 7 dalam Alkitab).
Teman saya ini, sampai sekarang bekerja di sebuah lembaga Kristen yang dipimpin oleh bapak tadi. Meskipun serangan-serangan masa lalunya masih kadang mengahantuinya, namun dia telah berusaha untuk mengampuni ibunya. Dia telah pernah mengunjungi ibunya dan tidak lagi menyimpan kesalahan masa lalunya. Meskipun ibunya masih tidak dapat menerimanya secara baik karena keluarga ayahnya yang masih membenci ibunya sampai sekarang. Sampai sekarangpun keputusannya untuk menjadi hamba Tuhan masih mendapat tantangan dari keluarga ayahnya, karena mimpi keluarganya supaya dia masuk dalam militer telah pupus. Suatu rencana Tuhan yang begitu Agung, dia tahu mana yang terbaik dan mana yang tidak. Sebab bukan manusia yang harus menentukan masa depan kita, tetapi Tuhan sendiri. Demikian kata Mzm. 118:8 “Lebih baik berlindung pada Tuhan, daripada percaya kepada manusia.”
Jadi Rp. 7.000, menjadi Rp. 700.000, adalah hal yang kecil bagi Tuhan. Asal percaya kepada-Nya, apapun dapat Anda terima darinya yang sesuai dengan kehendak-Nya. Asal jangan bergantung pada mujizat tetapi bergantung pada Allah, pembuat mujizat itu. For with God nothing is impossible.
Kiranya mujizat yang diaalami oleh saudara kita tersebut dapat semakin menguatkan iman kita dan memberikan kita semangat untuk tetap percaya akan Tuhan Yesus. Gbu


Jumat, 10 Agustus 2012

PEMIMPIN PERLU MENJADI "THE MAIN ICON"

Pemimpin merupakan seorang figur yang pada dasarnya menjadi ikon bagi para pengikutnya. Jika seorang pemimpin tidak bisa menjadi ikon yang utama (the main icon), alangkah malang nasib para pengikutnya. Kata sebagian orang, sebaiknya manusia tidak menjadikan seseorang sebagai idola yang dijadikannya dasar sebagai pijakan utama untuk maju, berubah, dan melangkah lebih baik, tetapi menjadikan seseorang sebagai sebuah teladan adalah hal yang wajar saja. Lewat teladan hidup seseorang, orang lain bisa bangkit, lebih bergairah dan bersemangat untuk 'build their future'. Intinya, tidak menjadikan mereka sebagai ‘model’ yang mengarah kepada ‘idolatry’.
Tentu setiap orang memiliki opini tentang pengertian seorang pemimpin. Namun bagi saya pribadi, seorang pemimpin merupakan seorang yang mampu memberikan teladan yang baik dan mampu mempengaruhi orang lain dengan kepribadian yang nampak lewat  karakternya. Seorang pemimpin yang sejati tidak hanya bergantung pada teori kepemimpinan yang ada, tetapi yang lebih penting adalah mereka melakukan seturut dengan teori yang mereka miliki, pelajari ataupun dijadikannya sebagai metode kepemimpinan dalam menjalankan tugas/pelayanannya.
Kepemimpinan memang tidak terlepas dari organisasi, manajemen, dan administrasi. Semuanya harus berjalan ‘balance’ dalam penerapannya. Sebab kepemimpinan merupakan bagian dari organisasi, demikian juga sebaliknya. Jika salah satu lebih dominan dalam penerapannya, tentu akan terjadi masalah-masalah di dalamnya.
Saat ini, kepemimpinan hamba yang diajarkan oleh Yesus sendiri (servant leadership) sudah jarang didapatkan penerapannya di dalam organisasi Kristen. Organisasi Kristen lebih cenderung meniru gaya dunia (sekuler) dalam menjalankan organisasinya. Seolah-olah metode-metode kepemimpinan sekuler dalam berorganisasi merupakan hal yang akan tetap relevan dalam penerapannya dan menganggap metode kepemimpinan yang diajarkan oleh Yesus sudah usang dan tidak sesuai dengan konteks masa kini. Tapi, bagi saya pribadi pengajaran Yesus tidak pernah dibatasi dengan konteks zaman, karena pengajarannya selalu relevan dan sinkron dengan setiap zaman. Banyak perusahan-perusahan sekuler yang justru menjadikan metode kepemimpinan Yesus sebagai metode dalam kepemimpinannya, sangat miris tentunya bagi sebagian pemimpin Kristen yang masih belum sadar akan langkahnya yang sudah menyimpang dari jalan yang sebenarnya ditunjukkan bagi mereka.
Suatu ketika saya mengikuti sebuah pelatihan kepemimpinan yang memang masih sangat dasar. Saya menikmati materi-materi yang disampaikan oleh ‘speakers’ yang menjadi pembawa materi dalam kegiatan ini. Salah satu penyajian yang sangat menarik buat saya adalah materi ‘kepemimpinan’ dan ‘pengambilan keputusan’. Banyak hal baru yang saya dapatkan, begitu pun dengan materi-materi yang menyajikan pemahaman akan organisasi, manajemen dan administrasi. Namun, hal yang membuat saya prihatin adalah tim pelaksananya yang tidak dapat mendisiplinkan diri mereka sendiri, sehingga yang menjadi korban adalah para peserta. Saya sempat berpikir ini bukan OSPEK di kampus, tapi pelatihan. Kalau pelatihan lain dan bersifat sekuler, yah wajar-wajar saja. Tapi ini pelatihan kepemimpinan Kristen, tapi kenapa jadi kacau begini. Tayangan Masterchef di salah satu channel televisi saja selalu on time dan sangat menghargai waktu, kenapa pelatihan ini malah menjadi kacau. Intinya  mereka menutut peserta bisa menjadi pemimpin yang baik, tetapi pelaksananya sendiri belum bisa menjadi pemimpin yang bisa menjadi contoh yang baik. Pastinya mereka sadar bahwa ‘konsisten pada waktu’ dan ‘disiplin waktu’ adalah hal yang tidak kalah penting dari yang lain dalam proses kepemimpinan, tapi sama sekali tidak memperdulikannya adalah hal yang bodoh. Alangkah memprihatinkannya ‘orang yang beusaha membentuk orang lain tapi dirinya sendiri belum terbentuk’. Pada dasarnya tidak ada manusia yang bisa membentuk manusia lainnya seturut dengan keinginannya, tetapi melalui karakter hidup, orang lain akan terbentuk dengan sendirinya. Benarlah kalimat bijak yang berkata, ‘untuk menjadi pemimpin yang besar, mulailah dengan belajar memimpin diri sendiri’.  Sebagai seorang calon pemimpin ke depan tentu  perlu kritis dan bijak dalam menanggapi hal demikian.
Pemimpin yang baik tentu akan memberikan teladan yang baik dan membagikan rahasia keteladananannya bagi para pengikutnya, karena pemimpin yang sejati tahu ada waktunya dia berhenti dan digantikan oleh orang lain. Dia mampu meregenerasi pemimpin-pemimpin muda dan mempersiapkan mereka ‘to be a leader the future’. Karena itu, melihat sosok pemimpin bukan dari kefasihannya membagikan teori dan kepintarannya dalam berorganisasi, tetapi lihat dari karakter hidupnya, lihat dari buah yang dihasilkann. Karena Firman Tuhan berkata dalam Matius 12:33, “Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya.  Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.” 
Saya rasa metode pelayanan Yesus bukanlah hal yang bersifat relatif untuk diterapkan dalam kepemimpinan tergantung sikon yang ada, tetapi metode pelayanan yang Yesus lakukan adalah hal yang mutlak diterapkan dalam kepemimpinan Kristen kalau ingin melihat perjalanan kepimpinan itu lebih baik dan tangguh dalam menghadapi tantangan zaman. Gbu