Pernahkah Anda memikirkan dan terkagum-kagum pada
mujizat yang dilakukan oleh Yesus bagaimana 5 roti dan 2 ikan dapat memberi
makan 5.000 orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak-anak? Bahkan dari
5 roti tersebut dapat menyisahkan 12 bakul penuh? Ya, itu memang mujizat yang
luar biasa, bagi Pencipta tidak ada yang mustahil untuk Dia lakukan. Banyak orang
yang tidak punya dasar untuk dipertanggungjawabkan menganggap hal ini hanya sebagai
‘cerita dongeng’, cerita hiperbola, cerita fiksi, dan opini yang lainnya yang
tidak mempercayai keajaiban dari pekerjaan Yesus. Tapi apapun itu, Alkitab
sendiri sebagai sebuah buku yang bukan sekedar buku biasa, namun merupakan buku/kitab
yang berisi firman Allah yang tidak pernah tergantikan dan dibatasi oleh zaman
di dunia ini. Keempat penulis Injil pun sama-sama memaparkan mujizat yang
dilakukan oleh Yesus dalam tulisan mereka (Mat 14:19; Mr 6:34-44; Luk 9:10-17;
Yoh 6:1-14). Saya rasa ini sudah cukup membrikan bukti yang kuat bahwa ini
adalah sebuah mujizat yang benar-benar terjadi.
Namun bukan mujizat yang dilakukan oleh Yesus pada
konteks masa pelayanannya yang akan dibahas dalam artikel ini, namun tidak
terlepas dari hal tersebut dan yang menjadi pertanyaan apakah mujizat yang
demikian masih terjadi dalam kehidupan orang percaya saat ini? Masih relevankah
mujizat di masa sekarang? Terlepas dari pro dan kontra tentang pandangan ini
dari para Teolog, namun satu hal yang
saya ingin bagikan bahwa Mujizat Masih Terjadi dan akan Terus Terjadi dalam
Kehidupan orang yang Percaya kepada Allah sampai pada saatnya Allah mengakhiri
segala kehidupan di dunia ini.
Saya memiliki seorang teman baik dan cukup akrab. Latar
belakang kehidupannya yang cukup membuat saya tersentuh dan cukup prihatin akan
keadaannya. Masih kecil telah ditinggalkan oleh ibunya dan hidup dengan
ayahnya. Semakin bertumbuh dewasa semakin memori otaknya dipenuhi dengan
tindakan kejahtan yang akan dilakukannya, tentu ini karena hasutan dari
beberapa keluarganya yang menceritakan kejelekan ibunya yang telah
meninggalkannya. Sampai suatu hari dia didorong oleh keluarganya untuk masuk
dunia militer, harapan keluarganya adalah supaya dia nantinya bisa membalas
kejahatan ibunya. Dia pun semakin tertarik dan usaha balas dendam itu pun menguasi
pikirannya. Sampai pada waktu ayahnya meninggalkan, semakin kuat hal itu
mengusai pikirannya. Sehingga dia bertumbuh menjadi anak yang keras (dalam hal
ini tingkat emosionalnya yang susah untuk dia kendalikan) dan sulit untuk
mengatakan ini dan itu pada dirinya.
Namun satu hal yang sungguh saya syukuri dan sungguh
saya kagum akan lawatan Allah dalam hidupnya, dia tetap berpegang pada imannya,
meskipun adiknya dan keluarganya kembali pada keyakinan mereka yang semula.
Tuhan kini menangkap dia yang sempat terlantar dalam dunia ini. Dia kini
bekerja di sebuah lembaga pelayanan Kristen dan kini sudah memasuki semester
ketiga di sebuah Sekolah Teologi yang ada di Makassar.
Inilah penggalan cerita yang
merupakan sebagian dari kesaksian hidupnya akan kebaikan Tuhan dalam
kehidupannya:
Dia bekerja di sebuah lembaga dalam beberapa waktu
dengan gaji yang tidak lebih dari Rp. 150.000,/bulan. Kemudian dia dijanjikan
untuk melanjutkan sekolahnya oleh pemimpin lembaga tersebut. Suatu hari karena
dia tidak jadi untuk disekolahkan oleh sebuah lembaga karena ada hal yang
terjadi dan tidak sesuai dengan apa yang telah dijanjikannya, akhirnya dia
memutuskan untuk keluar dan mencari pekerjaan lain. Dia pun diterima sebagai
sales salah satu perusahaan yang ada di Makassar, namun dia harus tugas di luar
daerah. Sebagai seorang sales tentu dia harus kejar target pemasaran dan harus menghadapi
berbagai tantangan dari para konsumen. Dia bersyukur dapat mendapatkan
pekerjaan, namun pekerjaan ini cukup menguras dompetnya yang kini isinya
pas-pasan untuk biaya sehari-hari, gajian masih lama.
Suatu ketika, seorang pemimpin sebuah lembaga/yayasan
Kristen (saat ini) menghubungi dia. Pemimpin ini pun menawarkan dia untuk join
di sebuah lembaga yang akan segera dipimpinnya. Namun dia sudah terlanjur
bekerja, tapi sang pemimpin memberikan ruang untuk dia berpikir dan memilih
serta memutuskannya dengan baik. Semua tergantung pada kepeutusan dia. Akhirnya
dia memutuskan untuk join, karena memang dia sudah kenal baik bapak tersebut. Akhirnya
lewat komunikasi via telepon dia diminta untuk bisa menjadi pengawas dalam
pembangunan gedung kantor yayasan yang segera akan dibangun.
Tentunya hal ini memberikan harapan yang besar bagi dia,
tapi jarak antara tempat indekosnya dan lokasi yang akan dia tinggal sebagai
pengawas cukup jauh. Inilah yang menjadi
masalahnya, uang didompet tinggal Rp. 7.000,. pertama-tama dia harus kerumah
temannya dan tentu ongkos dari Rp. 7.000, tersebut akan berkurang. Waktu dia
akan menuju ke lokasi tersebut, uangnya sisa Rp. 3.000, dan itu adalah uang pas
untuk menuju ke lokasi. Namun untuk mendapatkan angkot yang menuju ke sana,
harus disebuah jalur angkot yang khsus trek ke lokasi tersebut. Masalahnya, itu
masih jauh dari tempat di mana dia saat itu. Dengan terpaksa dia harus memutar
otak, akhirnya dia putuskan untuk berjalan kaki yang kira-kira berjarak 3 kilo
untuk mendapatkan angkot yang trek ke lokasi tujuan. Dan akhirnya singkat
cerita sampailah dia ke tujuan. Kemudian dia pun bertemu dengan bapak tersebut
dan dia diminta untuk tinggal di sebuah rumah kecil yang ada di dalam lokasi. Bapak
itu kemudian bertanya sama dia, karena sama sekali dia tidak membawa apa-apa. Saat
itu juga bapak tersebut meminta dia untuk mengambil pakaiannya di tempat
kosnya, itu artinya dia harus kembali lagi dengan membutuhkan ongkos. Tapi uang
Rp. 3.000, adalah unag terakhirnya yang telah dipakainya untuk ongkos ke lokasi
dan sama sekali sesen pun sekarang dia tidak punya. Tanpa menunggu jawaban dari
‘anak’ ini, bapak ini melanjutkan ucapannya untuk supaya dia naik taksi saja.
Dengan rasa berat juga dia sampaikan kepada bapak
tersebut, “tidak usah pak, kalau boleh saya pakai motorya ibu saja.” Akhirnya dia
pun berangkat dan kembali dengan sukacita. Yang menjadi luar biasanya adalah,
mujizat yang pernah dilakukan Yesus tentang 5 roti dan 2 ikan terjadi dalam
hidupnya. Beberapa hari kemudian dia mendapatkan gaji Rp. 700.000,-. Harapan yang
semulanya hampir pupus kini telah kembali. Dari Rp. 7.000, menjadi Rp. 700.000,.
Dalam Alkitab angka tujuh memang adalah angka yang ‘sempurna’. Saya rasa
kesaksiannya ini adalah kesaksian yang sungguh sempurna dapat memberkati
orang-orang untuk tidak meragukan Tuhan dalam hidupnya. (Tentu angka 7 ini
tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang menghubungkan angka-angka seperti
kebanyakan orang yang percaya akan mitos demikian, namun ini hanya penjelasan
akan keberadaan angka 7 dalam Alkitab).
Teman saya ini, sampai sekarang bekerja di sebuah
lembaga Kristen yang dipimpin oleh bapak tadi. Meskipun serangan-serangan masa
lalunya masih kadang mengahantuinya, namun dia telah berusaha untuk mengampuni
ibunya. Dia telah pernah mengunjungi ibunya dan tidak lagi menyimpan kesalahan
masa lalunya. Meskipun ibunya masih tidak dapat menerimanya secara baik karena
keluarga ayahnya yang masih membenci ibunya sampai sekarang. Sampai sekarangpun
keputusannya untuk menjadi hamba Tuhan masih mendapat tantangan dari keluarga
ayahnya, karena mimpi keluarganya supaya dia masuk dalam militer telah pupus. Suatu
rencana Tuhan yang begitu Agung, dia tahu mana yang terbaik dan mana yang
tidak. Sebab bukan manusia yang harus menentukan masa depan kita, tetapi Tuhan
sendiri. Demikian kata Mzm. 118:8 “Lebih baik berlindung pada Tuhan, daripada
percaya kepada manusia.”
Jadi Rp. 7.000, menjadi Rp. 700.000, adalah hal yang
kecil bagi Tuhan. Asal percaya kepada-Nya, apapun dapat Anda terima darinya
yang sesuai dengan kehendak-Nya. Asal jangan bergantung pada mujizat tetapi
bergantung pada Allah, pembuat mujizat itu. For with God nothing is impossible.
Kiranya mujizat yang diaalami oleh saudara kita
tersebut dapat semakin menguatkan iman kita dan memberikan kita semangat untuk
tetap percaya akan Tuhan Yesus. Gbu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri masukan yup!!!