Rabu, 09 Mei 2012

BANGGA MENJADI BAGIAN ALMAMATER STT JAFFRAY MAKASSAR



Logo STT Jaffray Makassar

            Setiap orang pasti memiliki kebanggaan tersendiri, baik itu tentang dirinya secara pribadu maupun bangga terhadap keluarga, pekerjaan, prestasi, sekolah, kampus, dan berbagai hal yang lain yang bisa dijadikan sebagai kebanggaan bagi siapa saja.
            Hari ini, saya mendengar laporan dan kesaksian dari Mahasiswa yang telah menyelesaikan KKL/PKL/PPL dari berbagai daerah di Pulau Sulawesi. Kalau yang minggu-minggu sebelumnya, banyak juga yang berpraktek di luar pulau Sulawesi, ada di Pulau Jawa, Papua, Bali, NTT dan sebagainya. Satu hal yang berkesan yang selalu saya dengarkan dari laporan mereka, yaitu orang-orang yang mereka layani di tempat pelayanan di mana mereka berpraktek memberikan pengakuan khusus bagi para mahasiswa bahwa, “STT Jaffray di mana-mana terbukti diakui kualitasnya.” Tentu menjadi tanggung jawab sendiri bagi para mahasiswa untuk mempertahankan citra dan pandangan seperti ini.
Bagi saya, mempertahankan nilai dari pandangan positif seperti ini tidaklah terlalu sulit dilakukan, yang sulit ialah ketika nilai positif itu dirusak oleh seseorang, bukan tidak bisa namun sulit untuk membangun kembali nilai positif (kepercayaan) ini.  Mengapa? Karena saya pernah menjadi bagian yang merusak citra dari almamater kampus saya. Sulit untuk mengembalikan kepercayaan itu kembali, tapi perlahan itu telah kembali. Memang pada dasarnya citra diri saya yang rusak, tapi secara otomatis almamater pun ikut tercoreng. Tapi berkat pengakuan kualitas dan kepercayaan yang begitu dalam dari orang-orang percaya, maka STT Jaffray tetap menjadi kampus idola bagi calon hamba Tuhan. Bayangkan setiap Tahun ajaran, jumlah mahasiswa semakin banyak.
Foto Angkatan saya (2005)
Saya boleh bangkit dan kembali mendapat kepercayaan dari orang-orang yang disekitar saya berkat proses pembentukan yang benar-benar adalah proses pembuatan bejana. So, saya tidak takut untuk bangkit dan kembali membawa almamater yang saya cintai dan banggakan dalam pelayanan saya. Kalau kita sudah ditempah sedemikian rupa, dibentuk dan berubah, tidak ada yang tidak mungkin untuk kembali pada kita, termasuk citra baik yang telah rusak, secara perlahan akan terbangun kemabli dengan sindirinya. Berkat itu saya dapatkan melalui semua ini:
Persaudaraan yang rukun di asrama putra :)
            Saya sendiri sebelumnya merasa biasa-biasa saja dalam menjalani study di kampus ini, namun seiring waktu berjalan saya semakin menyadari akan panggilan Tuhan dalam hidup saya. Di kampus inilah saya benar-benar menyadari arti seorang pengikut Kristus (Kristen). Berbeda  dengan kampus-kampus teologi lainnya yang kebanyakan hanya terfokus pada pengajaran teologi (doktrin atau pun dogma gereja) yang benar, apologetik yang mantap, disiplin organisasi yang ketat, namun mengabaikan pembentukan karakter dan disiplin rohani yang adalah dasar dalam pembentukan seorang hamba Tuhan. Di kampus ini saya tidak hanya mendapatkan pengajaran teologi dan pelayanan yang baik dan relevan, displin lembaga dan organisasi, apologetik yang mantap, pengajaran khotbah yang sistematik, pelayanan perjalanan misi ke daerah-daerah di Indonesia, tapi terlebih lagi akan dasar yang mutlak harus dimiliki oleh hamba Tuhan, seperti pembentukan karakter, dan disiplin rohani.
            Ungkapan “Saya mau berubah”, memang adalah pilihan setiap orang dan tidak perlu dipaksakan. Tapi ungkapan ini berlaku mutlak bagi orang yang ingin menjadi hamba Tuhan. Mengapa? Anda bukan hamba Tuhan kalu Anda tidak berubah menjadi lebih baik.  Pembentukan karakter adalah juga merupakan pilihan masing-masing orang, mereka mau menjadi baik atau tidak, itu tergantung pilihannya. Tapi saya memilih untuk lebih baik dari sebelumnya. Pembentukan ini saya dapatkan dalam Asrama, di sanalah saya mengenal berbagai macam karakter dan kepribadian orang, yang belum diubahkan oleh Roh Kudus dan yang sudah diubahkan semua ada di sana.
            Beberapa hal yang membentuk karakter dan disiplin rohani saya selama study di kampus ini adalah setiap hari harus bangun melawan kemalasan untuk bersama-sama kerja bakti membersihkan halaman kampus dan asrama, belum lagi renungan pribadi, membersihkan kamar dan segala macam. Tapi siapapun merasakan hal ini, tentu ada perubahan yang ssignifikan di dapatkan dari mereka yang mau berubah. Yang saya pahami bahwa, “Bagaimana orang-orang yang kita layani suatu saat di tempat pelayanan dapat berubah kalau kita sendiri tidak berubah sebelumnya.” Memang tidak ada manusia satu pun yang dapat mengubah manusia lainnya, tetapi lewat karakter kita dan kerohanian kita yang teguh (bukan memakai topeng/munafik) maka sekitar kita akan mengalami perubahan itu dengan sendiri, slow down and step by step.
            Di sanalah juga  saya berteman dan bersahabat dengan orang-orang yang kalau dibilang ada yang lebih parah, mereka lebih parah masa lalu yang jahat dari pada hidup saya. Saya tidak pernah melakukan observasi secara detail, tapi observasi lewat pergaulan sehari-hari, sekitar 95% di antara kami yang study dan dipersiapkan menjadi hamba Tuhan, berlatar belakang “Parah”. Di tempat ini orang tidak berubah secara instant, tapi semua membutuhkan proses, masa lalu yang menyangkut dosa seks bebas, pemakai narkoba (beberapa yang memang sudah bertobat dan tidak ngobat lagi), merokok/perokok berat, ‘preman tobat’, peminum, dan berbagai kejahatan lainnya adalah menjadi bagian hidup yang telah dilewati dan berusaha untuk dilepaskan.  Semuanya itu adalah bagian dari proses pembentukan untuk menjadi hamba Tuhan yang berkualitas di lading pelayanan.
            Yang menjadi pertanyaan, mengapa di ladang pelayanan banyak yang mengakui kualitas pelayanan dari mahasiswa atau pun alumni STT Jaffray? Saya berani berkata bahwa ini karena “Mereka mau berubah”. Kami berani melawan kedegilan hati dan sifat kedagingan yang kuat untuk diubahkan dan berubah olh Roh Kudus. Banyak orang yang tahu berubah itu baik, tetapi mereka tidak berani mengambil keputusan untuk berubah. Orang yang melayani dan telah berubah dan diperhadapkan dengan masalah yang pernah dialaminya akan lebih leluasa dalam menghadapi tantangan dibanding dengan mereka yang melayani namun belum berubah dari kebiasaan buruknya.
            Percumalah sebuah pelayanan ketika kita hanya mendoktrin dan menyampakan firman Tuhan kepada orang-orang yang mau kita lihat mereka berubah tapi diri kita sendiri belum berubah. Inilah yang disebut sebagai orang-orang hipokret/munafik. Apa  guna teologi yang mantap dan pemahaman yang luas yang disampaikan kepada orangh-orang yang dilayani namun kita sendiri masih berkubang dalam kebiasaan buruk??
             Dari pembentukan inilah saya merasa banyak hal yang benar-benar luar biasa saya dapatkan. Saya boleh bangkit dan kembali merasakan nilai positif itu yang sempat rusak bagi sebagian orang karena perilaku saya. Semua karena Tuhan saya ingin mengatakan bahwa, “SAYA SANGAT BANGGA MENJADI BAGIAN DARI STT JAFFRAY MAKASSAR.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri masukan yup!!!