Logo STT Jaffray Makassar |
Setiap
orang pasti memiliki kebanggaan tersendiri, baik itu tentang dirinya secara
pribadu maupun bangga terhadap keluarga, pekerjaan, prestasi, sekolah, kampus,
dan berbagai hal yang lain yang bisa dijadikan sebagai kebanggaan bagi siapa
saja.
Hari
ini, saya mendengar laporan dan kesaksian dari Mahasiswa yang telah
menyelesaikan KKL/PKL/PPL dari berbagai daerah di Pulau Sulawesi. Kalau yang
minggu-minggu sebelumnya, banyak juga yang berpraktek di luar pulau Sulawesi,
ada di Pulau Jawa, Papua, Bali, NTT dan sebagainya. Satu hal yang berkesan yang
selalu saya dengarkan dari laporan mereka, yaitu orang-orang yang mereka layani
di tempat pelayanan di mana mereka berpraktek memberikan pengakuan khusus bagi
para mahasiswa bahwa, “STT Jaffray di
mana-mana terbukti diakui kualitasnya.” Tentu menjadi tanggung jawab
sendiri bagi para mahasiswa untuk mempertahankan citra dan pandangan seperti
ini.
Bagi saya, mempertahankan
nilai dari pandangan positif seperti ini tidaklah terlalu sulit dilakukan, yang
sulit ialah ketika nilai positif itu dirusak oleh seseorang, bukan tidak bisa
namun sulit untuk membangun kembali nilai positif (kepercayaan) ini. Mengapa? Karena saya pernah menjadi bagian
yang merusak citra dari almamater kampus saya. Sulit untuk mengembalikan
kepercayaan itu kembali, tapi perlahan itu telah kembali. Memang pada dasarnya
citra diri saya yang rusak, tapi secara otomatis almamater pun ikut tercoreng.
Tapi berkat pengakuan kualitas dan kepercayaan yang begitu dalam dari
orang-orang percaya, maka STT Jaffray tetap menjadi kampus idola bagi calon
hamba Tuhan. Bayangkan setiap Tahun ajaran, jumlah mahasiswa semakin banyak.
Foto Angkatan saya (2005) |
Saya boleh bangkit dan
kembali mendapat kepercayaan dari orang-orang yang disekitar saya berkat proses
pembentukan yang benar-benar adalah proses pembuatan bejana. So, saya tidak
takut untuk bangkit dan kembali membawa almamater yang saya cintai dan
banggakan dalam pelayanan saya. Kalau kita sudah ditempah sedemikian rupa,
dibentuk dan berubah, tidak ada yang tidak mungkin untuk kembali pada kita,
termasuk citra baik yang telah rusak, secara perlahan akan terbangun kemabli
dengan sindirinya. Berkat itu saya dapatkan melalui semua ini:
Persaudaraan yang rukun di asrama putra :) |
Saya
sendiri sebelumnya merasa biasa-biasa saja dalam menjalani study di kampus ini,
namun seiring waktu berjalan saya semakin menyadari akan panggilan Tuhan dalam
hidup saya. Di kampus inilah saya benar-benar menyadari arti seorang pengikut
Kristus (Kristen). Berbeda dengan
kampus-kampus teologi lainnya yang kebanyakan hanya terfokus pada pengajaran
teologi (doktrin atau pun dogma gereja) yang benar, apologetik yang mantap,
disiplin organisasi yang ketat, namun mengabaikan pembentukan karakter dan
disiplin rohani yang adalah dasar dalam pembentukan seorang hamba Tuhan. Di
kampus ini saya tidak hanya mendapatkan pengajaran teologi dan pelayanan yang
baik dan relevan, displin lembaga dan organisasi, apologetik yang mantap,
pengajaran khotbah yang sistematik, pelayanan perjalanan misi ke daerah-daerah
di Indonesia, tapi terlebih lagi akan dasar yang mutlak harus dimiliki oleh
hamba Tuhan, seperti pembentukan karakter, dan disiplin rohani.
Ungkapan
“Saya mau berubah”, memang adalah pilihan setiap orang dan tidak perlu
dipaksakan. Tapi ungkapan ini berlaku mutlak bagi orang yang ingin menjadi
hamba Tuhan. Mengapa? Anda bukan hamba Tuhan kalu Anda tidak berubah menjadi
lebih baik. Pembentukan karakter adalah
juga merupakan pilihan masing-masing orang, mereka mau menjadi baik atau tidak,
itu tergantung pilihannya. Tapi saya memilih untuk lebih baik dari sebelumnya.
Pembentukan ini saya dapatkan dalam Asrama, di sanalah saya mengenal berbagai
macam karakter dan kepribadian orang, yang belum diubahkan oleh Roh Kudus dan
yang sudah diubahkan semua ada di sana.
Beberapa
hal yang membentuk karakter dan disiplin rohani saya selama study di kampus ini
adalah setiap hari harus bangun melawan kemalasan untuk bersama-sama kerja
bakti membersihkan halaman kampus dan asrama, belum lagi renungan pribadi,
membersihkan kamar dan segala macam. Tapi siapapun merasakan hal ini, tentu ada
perubahan yang ssignifikan di dapatkan dari mereka yang mau berubah. Yang saya
pahami bahwa, “Bagaimana orang-orang yang kita layani suatu saat di tempat
pelayanan dapat berubah kalau kita sendiri tidak berubah sebelumnya.” Memang
tidak ada manusia satu pun yang dapat mengubah manusia lainnya, tetapi lewat
karakter kita dan kerohanian kita yang teguh (bukan memakai topeng/munafik)
maka sekitar kita akan mengalami perubahan itu dengan sendiri, slow down and
step by step.
Di
sanalah juga saya berteman dan
bersahabat dengan orang-orang yang kalau dibilang ada yang lebih parah, mereka
lebih parah masa lalu yang jahat dari pada hidup saya. Saya tidak pernah
melakukan observasi secara detail, tapi observasi lewat pergaulan sehari-hari,
sekitar 95% di antara kami yang study dan dipersiapkan menjadi hamba Tuhan,
berlatar belakang “Parah”. Di tempat ini orang tidak berubah secara instant,
tapi semua membutuhkan proses, masa lalu yang menyangkut dosa seks bebas,
pemakai narkoba (beberapa yang memang sudah bertobat dan tidak ngobat lagi),
merokok/perokok berat, ‘preman tobat’, peminum, dan berbagai kejahatan lainnya
adalah menjadi bagian hidup yang telah dilewati dan berusaha untuk dilepaskan. Semuanya itu adalah bagian dari proses
pembentukan untuk menjadi hamba Tuhan yang berkualitas di lading pelayanan.
Yang
menjadi pertanyaan, mengapa di ladang pelayanan banyak yang mengakui kualitas
pelayanan dari mahasiswa atau pun alumni STT Jaffray? Saya berani berkata bahwa
ini karena “Mereka mau berubah”. Kami berani melawan kedegilan hati dan sifat
kedagingan yang kuat untuk diubahkan dan berubah olh Roh Kudus. Banyak orang
yang tahu berubah itu baik, tetapi mereka tidak berani mengambil keputusan
untuk berubah. Orang yang melayani dan telah berubah dan diperhadapkan dengan
masalah yang pernah dialaminya akan lebih leluasa dalam menghadapi tantangan
dibanding dengan mereka yang melayani namun belum berubah dari kebiasaan
buruknya.
Percumalah
sebuah pelayanan ketika kita hanya mendoktrin dan menyampakan firman Tuhan
kepada orang-orang yang mau kita lihat mereka berubah tapi diri kita sendiri
belum berubah. Inilah yang disebut sebagai orang-orang hipokret/munafik.
Apa guna teologi yang mantap dan
pemahaman yang luas yang disampaikan kepada orangh-orang yang dilayani namun
kita sendiri masih berkubang dalam kebiasaan buruk??
Dari pembentukan inilah saya merasa banyak hal
yang benar-benar luar biasa saya dapatkan. Saya boleh bangkit dan kembali
merasakan nilai positif itu yang sempat rusak bagi sebagian orang karena
perilaku saya. Semua karena Tuhan saya ingin mengatakan bahwa, “SAYA SANGAT
BANGGA MENJADI BAGIAN DARI STT JAFFRAY MAKASSAR.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri masukan yup!!!